Perang melawan Islam ternyata menjadi bisnis yang menggiurkan. Ejekan dan hinaan terhadap Al Quran dan sosok Nabi Muhammad terjadi silih berganti di negara-negara barat. Ini tentu menjadi pertanyaan, bagaimana seharusnya umat Islam menjalani hidup di negara-negara Barat. Pertanyaan ini menarik karena upaya mendiskreditkan Islam ternyata memberi keuntungan bagi sebagian orang.
Seorang peneliti asal Amerika, Nathan Lean, mengumumkan hasil investigasinya terkait Islamophobia. Lean merupakan penulis buku Best Seller yang berjudul The Islamophobia Industry: How the Right Manufactures Fear of Muslims (Industri Islamophobia: Bagaimana Sejumlah Produsen Menakuti-nakuti Muslim).
Lean yakin Islamophobia menjadi bisnis yang menggiurkan. Bahkan mereka yang mengambil keuntungan dari bisnis ini, mendapat upah yang meroket, baik yang memproduksi atau sekedar memberi kontribusi.
Berikut ini hasil wawancara Fair Observer dengan Nathan Lean tentang Islamophobia yang semakin memuncak di Barat, dan bagaimana ketakutan Muslim menjadi komoditas menguntungkan bagi korporasi media massa raksasa. Wawancara ini dikutip dari www.thecorner.eu.
Kourosh Ziabari: Islamophobia telah meningkat di AS dan Eropa selama beberapa dekade belakangan ini. Bahkan, peristiwa Black September dan reaksi Pemerintah AS kepada negara-negara Muslim, telah meningkatkan secara intensif sikap anti Islam. Apakah Anda setuju dengan premis yang menyebutkan bahwa perang melawan teror sejatinya adalah perang melawan Muslim?