Munculnya kampanye Mega Bintang Rakyat (MBR), sebagai alat kreatif propaganda dan agitasi gerakan bawah tanah ditengah-tengah masa rakyat dalam putaran Kampanye Pemilu kala itu cukup efektif memobilisasi Rakyat Jakarta yang tumpah ke jalan-jalan, selama masa Kampanye Parpol. Komite MBR yang bergerak di bawah tanah, sempat mengeluarkan selebaran berkali-kali pada masa-masa kampanye pemilu 1997 ini. Berbagai isu dari tema-tema di atas menjadi tema utama dalam setiap isi penjelasan dan seruan selebaran-nya.
Ribuan, bahkan ratusan ribu selebaran MBR diproduksi dan didistribusikan secara masif dalam barisan konvoi-konvoi kampanye massa PPP, PDI, massa rakyat perkotaan dan mahasiswa yang tumpah ke jalan-jalan di Jakarta sepanjang masa kampanye tersebut.
Seruan dan sentimen anti Soeharto dan kekuasaan Orba ini kemudian disambut rakyat Jakarta di jalan-jalan dengan begitu antusias. Perlawanan rakyat mengambil bentuk pertempuran-pertempuran jalanan antara massa rakyat dan tentara yang dibantu polisi. Bentrokan ini terjadi hampir di semua sudut-sudut kota, kampung-kampung, pemukiman, gang dan titik-titik dimana massa tumpah ruah di jalan-jalan Jakarta.
Situasi umum saat itu hampir seluruh jalan utama, hingga gang-gang di sudut-sudut kota Jakarta dan perkampungan dilanda pertempuran jalanan, bahkan meluas sampai ke wilayah Botabek (kota-kota satelit di pinggir Jakarta). Peristiwa MBR 1997, di kemudian hari merupakan ajang latihan bagi mahasiswa dan rakyat Jakarta melawan aparat Militer dan Polisi Orde baru, dalam menghadapi pertempuran-pertempuran jalanan berikutnya yang lebih besar dan menentukan, dalam rangka membuka ruang demokrasi dan kebebasan politik, juga akan merubah perjalanan sejarah Indonesia kontemporer selanjutnya.
Masa Penentuan, Mei ’98 yang Penuh Gejolak