SuaraJakarta.co, JAKARTA – Harga beras di beberapa daerah, seperti di Pulau Jawa dan Lampung, masih tinggi. Hal itu disebabkan karena masih tingginya harga gabah di tingkat petani yang mencapai Rp 6.000 per kg. Harga ini, menurut beberapa pedagang beras, jauh lebih mahal dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) Pemerintah yang hanya Rp 3.700 kg.
“Harga yang sekarang masih sama dengan sebulan yang lalu, belum ada kenaikan lagi,” jelas Wahyudi, pemilik kios beras Alaydroes di Pasar Baru Indramayu sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Kamis (8/10).
Sebagaimana diketahui, harga beras yang masih mahal ini dapat ditemui di beberapa pasar tradisional, seperti di Indramayu (Jabar), Yogyakarta, Purwokerto (Jateng), dan Kota Bandara Lampung (Lampung).
Senada dengan Indramayu, di Jogjakarta, harga beras masih berada di kisaran tinggi yang naik sekitar Rp. 700 hingga Rp. 1.000 sejak Hari Raya Idul Fithri kemarin. Harga beras jenis IR yang semula hanya Rp. 9.500 ribu per kg naik menjadi Rp 10.500. Beras Mentik Wangi yang hanya Rp. 10.500 per kg saat ini mencapai Rp. 11.300 per kg, “Tidak ada panen sehingga harga beras mahal,”jelas Rudi pedagang beras di pasar Giwangan Yogyakarta.
Menurut pantauan Republika, tingginya harga beras ini disebabkan karena dampak dari kemarau yang masih berlangsung hingga bulan depan. Jika kemarau terus terjadi dampaknya stok gabah di penggilingan dari petani kian menipis sehingga kenaikan beras akan terus terjadi dalam rentang 7 hingga 10 persen.
“Harga beras sekarang belum turun karena banyak petani yang produksi panennya berkurang sehingga stok gabah di penggilingan berkurang,”jelas Darsono, pedagang beras di Pasar Tani Kemiling.
Solusinya Impor Beras?
Salah satu cara untuk menekan tingginya harga beras tersebut adalah pemerintah membuka kran impor beras dari negara tetangga, yaitu Vietnam dan Thailand. Hal tersebut sebagamana diungkapkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyatakan akan mengimpor 1,5 juta ton beras untuk menutupi kekkurangan pasokan akibat kemarau berkepanjangan. Padahal, menurut pantauan dari Media Indonesia, Kamis (8/10), pada tahun ini hingga September, Indonesia hanya bisa melakukan impor beras khusus untuk konsumsi restoran (premium).
Kabar Indonesia mengimpor beras ini salah satunya datang dari Kementerian Perdagangan dan Industri Vietnam yang menyatakan telah memenangi tender kontrak penjualan beras dengan Indonesia hampir 1 juta ton. Beras tersebut, menurut Media Indonesia, akan dikirim dalam periode November 2015 hingga Maret 2016. Jumlah 1 juta ton ini, termasuk 750 ribu ton beras dengan kadar pecah 15 %.