SuaraJakarta.co, Tahun politik 2014 Indonesia sudah menemukan garis Startnya. Dimulai dengan seleksi demokrasi tingkat legislatif hingga pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Sudah sejak awal semestinya para pelaku politik sadar, serentetan proses pemilihan bukanlah tentang merebutkan kekuasaan untuk kepentingan golongan. Siapapun tahu, bahwa tak ada lawan atau kawan yang abadi dalam panggung perpolitikan.
Peta politik Indonesia telah mengerucut menjadi terbagi dari dua koalisi. Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih. Namun ada yang mengherankan dengan dinamika politik kita di tahun ini. Beberapa kali rakyat disuguhkan dengan dagelan ala anak TK di gedung dewan. Mereka yang lebih tinggi mengenyam bangku pendidikan, nyatanya berulah tak lebih dari anak kecil yang kehilangan permen. Hanya karena gagal menempati kursi-kursi pimpinan MPR dan DPR. Padahal semestinya, KIH sebagai koalisi pemenang pilpres, menjadi penyeimbang yang baik antara parpol-parpol yang tergabung dalam dua koalisi yang ada.
Koalisi Merah Putih yang meskipun kalah dalam pilres, ternyata memiliki renstra yang baik bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Dengan menempati posisi pimpinan baik di MPR maupun DPR, KMP diharapkan bisa jadi penyeimbang kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Jokowi dan Jusuf Kalla. Sangat bijak jika kita sama-sama sepakat bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu berpikir global dan menjadi penyeimbang yang baik dan sehat. Sebab keseimbangan dalam politik akan mampu memastikan dialektika demokrasi yang sehat.
Indonesia sudah mempunyai Presiden dan Wakilnya, begitu juga pimpinan DPD, DPR dan MPR. 20 Oktober 2014 akan menjadi hari dimulainya kepemimpinan baru demokrasi Indonesia. Semoga dengan terpilihnya para pemimpin baru, keseimbangan politik yang dinamis dapat terwujud dan membawa Indonesia menjadi lebih bermartabat.
Selamat bekerja, para Wakil Rakyat.
Penulis: Indah Pebriandini, S.Kom