SuaraJakarta.co, OPINI – Pemilu parlemen Turki baru saja selesai dilaksanakan. AKP kembali memenangkan pemilu untuk keempat kalinya berturut-turut. AKP mendapat perolehan suara 40,87 kursi (258 kursi), CHP 24,96 kursi (132 kursi), MHP (50 kursi), dan HDP (80 kursi). Hasil perolehan akhir suara ini mengejutkan banyak pihak, disisi lain suara AKP merosot sampai 8%. Sedangkan suara dari MHP dan HDP meningkat tajam. Artinya dapat terjadi pergeseran suara dari partai satu ke partai lainnya di pemilu parlemen Turki tahun ini. Gagalnya AKP mencapai target 50% plus 1 kursi parlemen menjadi cambuk tersendiri untuk AKP. Karena pertama kalinya AKP harus membangun koalisi parlemen dan tidak bisa membuat single majority.
AKP memang menang pemilu parlemen, namun suara yang didapat adalah sinyal kuat untuk internal AKP dalam mengevaluasi kinerja partai selama 4 tahun terakhir pasca pemilu 2011. Merosotnya suara AKP menjadi poin penting untuk kita analisis. Ada beberapa faktor krusial mengapa suara AKP dapat merosot tajam.
Pertama, obesesi Erdogan dan AKP untuk mengganti sistem parlementer ke sistem presidensial. Isu ini sebelum kampanye memang sudah hangat diperbincangkan, dan juga menjadi pertaruhan bagi AKP sendiri. Jika AKP mendapat suara lebih dari 49% seperti pemilu tahun 2011, maka dapat disimpulkan bahwa rakyat Turki dapat menerima sistem presidensial pada tahun ini. Namun merosotnya suara AKP sekitar 8% menunjukan bahwa mayoritas rakyat Turki tidak setuju dengan sistem presidensial yang ditawarkan oleh pemerintah. Mungkin juga, Erdogan dan AKP masih kurang dalam mempromosikan dan memperkenalkan nilai positif sistem presidensial kepada rakyat Turki. Sehingga masih banyak yang belum sepemahaman dengan gagasan Erdogan dan AKP tentang peralihan sistem pemerintahan.
Kedua, perpindahan suara konsertvatif, liberal, Gulen, dan Kurdi. Fakta membuktikan bahwa pada tahun 2011, AKP sangat digdaya dalam pemilu parlemen. Salah satu faktornya adalah, AKP berhasil merangkul kelompok-kelompok tersebut. Perpindahan suara ini dapat kita lihat dari data yang menunjukan bahwa suara dari Sadet Partisi (SP) meningkat tajam. Pada pemilun 2011 suara partai konservatif ini hanya sekitar 500.000 suara. Namun pada pemilu 2015 ini suara SP meningkat dan menyentuh angka 950.000 suara walau pada akhirnya tidak lolos parlementery threshold. Ini membuktikan bahwa ada perpindahan suara konservatif AKP ke SP. Kemudian suara kalangan liberal dan suara kalangan Gulen movement yang juga diduga kuat pindah ke MSP. Konflik antara Erdogan dan Gulen pada akhir tahun 2013 benar-benar mempengaruhi suara AKP di Pemilu. Gerakan Gulen adalah gerakan yang memiliki masa yang cukup banyak serta didukung oleh media besar seperti zaman. Konflik inilah yang disinyalir menyebabkan gerakan Gulen lebih memilih MSP ketibang AKP. Mengingat MSP adalah partai kanan tengah (nasionalis relijius). Begitupun kalangan liberal yang juga beberapa dari mereka lebih memilih MSP ketibang AKP. Terakhir adalah suara HDP yang meningkat amat tajam. Sebagai representative kelompok Kurdi, HDP sukses memboyong semua suara Kurdi, bahkan suara kalangan liberal pendukung AKP. Fenomena perpindahan suara ini dapat dilihat dimana MSP dan HDP berhasil mendapat suara yang cukup signifikan di basis-basis suara AKP. Di Istanbul misalkan HDP berhasil mendapatkan 10-11 kursi di parlemen. Padahal Istanbul adalah basis terkuat AKP dari tahun 2003. Kenaikan suara dari 5 juta ke 7 juta suara yang didapat MSP, dan 2 juta ke 6 juta yang didapat oleh HDP adalah bukti baru bahwa kedua partai ini berhasil menarik simpati pendukung AKP di pemilu parlemen 2015.
Ketiga, melambatnya ekonomi Turki dan ketidakjelasan Turki masuk sebagai anggota Uni Eropa. Para pemilih rational choice tentu berfikir ulang untuk memilih AKP atas gagalnya Erdogan dan AKP untuk menguatkan ekonomi Turki ditengah krisis global dan menguatnya angka dollar AS. Ketidakjelasan Turki masuk kedalam ke Uni Eropa juga menjadi poin penting. Karena beberapa persen rakyat Turki sangat berharap Turki dapat masuk ke Uni Eropa untuk memiliki pengaruh lebih di tingkat negara-negara Barat. Bahkan isu perlambatan ekonomi dan ketidakpastian Turki masuk ke Uni Eropa dipakai oleh oposisi untuk menyerang pemerintahan yang tengah berlansung.
Antara kemenangan dan sinyal negatif akibat merosotnya suara AKP tentu harus disikapi secara cerdas dan cepat oleh internal AKP. Karena jika terus dibiarkan suara AKP akan terus tergerus baik dalam lobi parlemen dan pemilu yang akan datang. Ada beberapa hal yang harus dilakukan AKP antara lain adalah inovasi politik dan perangkulan kelompok.
Sudah 13 tahun AKP memimpin Turki. 13 tahun bukan waktu yang cepat, namun adalah waktu yang lama bagi sebuah partai penguasa. Perlu adanya inovasi politik yang harus dilakukan AKP untuk menjaga basisp-basis konstituennya. Inovasi yang dimaksud bisa seperti pemunculan tokoh-tokoh muda berkualitas di internal AKP untuk perlahan menggantikan posisi dari Erdogan dan Davutoglu. Pemunculan tokoh-tokoh muda amatlah penting dalam proses peralihan kepemimpinan dan selere publik. Jangan samapai ada pengkultusan dan macetnya regenerasi di internal AKP karena terus menerus mengandalkan figur dari Erdogan dan Davutoglu. Selanjutnya yang harus dilakukan oleh AKP adalah perangkulan kelompok-kelompok yang memiliki kektuatan politik. Erdogan dan AKP harus menurunkan tensi dengan gerakan Gulen. Kerjasama dengan gerakan Gulen tentu banyak menuaikan hasil positif. Kerena gerakan neo sufisme ini memiliki media dan kader-kader yang cukup banyak dan mengisi posisi penting di lembaga-lembaga negara. Erdogan dan AKP juga perlu merangkul kelompok liberal kembali untuk tetap menjaga kekuatan AKP di pemilu yang akan datang.
Penulis: Pandu Wibowo, Peneliti CIDES/ Penulis Karya Ilmiah ‘Dinamika Gerakan Islamis di Turki’