SuaraJakarta.co, JAKARTA – Dua tahun pasca Asia Pulp & Paper (APP) mengumumkan kebijakan konservasi hutan yang baru, janji APP untuk menghentikan penebangan hutan alam masih terbukti, namun hilangnya hutan alam dalam kawasan APP tetap terjadi. Laporan audit Rainforest Alliance yang diluncurkan hari ini mengkonfirmasi temuan WWF dan LSM lokal lainnya bahwa APP masih gagal untuk menghentikan deforestasi dan aktivitas ilegal oleh pihak lain di dalam kawasan konsesinya, bahkan di dalam kawasan yang didentifikasi oleh APP mengandung nilai konservasi dan stok karbon yang tinggi.
“APP sudah menghentikan penebangan hutan alam dan melakukan berbagai kajian di dalam kawasan konsesi mereka,” kata Aditya Bayunanda, Leader Komoditas Hutan WWF-Indonesia. “Namun demikian belum banyak perubahan di tingkat tapak – hutan masih hilang, gambut masih dikeringkan dan konflik sosial belum terselesaikan. Bahkan APP gagal melindungi hutan yang diwajibkan pemerintah untuk dikonservasi”
WWF menilai masih kurangnya kemajuan yang dicapai dalam upaya untuk mengurangi dampak iklim dari konsesi APP yang banyak di kawasan gambut. Audit Rainforest Alliance mengkonfirmasi, selain menghentikan pembangunan kanal baru, APP belum melakukan tindakan nyata dilapangan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pengeringan jutaan hektar lahan gambut di bawah penguasaan APP.
WWF juga prihatin terhadap sedikitnya kemajuan yang dibuat APP untuk menyelesaikan ratusan konflik sosial yang tejadi. Temuan LSM lokal juga dikonfirmasi dalam audit Rainforest Alliance dan semustinya menjadi perioritas bagi APP.
Pada tahun 2014, WWF menyambut inisiatif APP untuk melakukan restorasi dan konservasi pada 1 juta hektar ekosistem tropis di luar kewajibannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sebagai langkah yang tepat untuk mitigasi dampak atas deforestasi yang telah dilakukan perusahaan yang diperkirakan mencapai 2 juta hektar hutan alam tropis.
“WWF berpartisipasi dalam beberapa kali pertemuan pemangku kepentingan dan kegiatan kelompok kerja semenjak inisiatif tersebut diumumkan,” jelas Bayunanda. “Diskusi-diskusi tersebut belum menghasilkan kemajuan yang signifikan. Belum ada rencana konkrit tentang lokasi hutan yang akan direstorasi atau dikonservasi dan dengan melalui pendanaan seperti apa. Bahkan dalam lanskap prioritas APP, Bukit Tigapuluh, APP masih belum dapat memenuhi janjinya untuk menyediakan koridor satwa liar serta menghentikan pembalak liar dan perambah masuk ke dalam hutan melalui jalan konsesi mereka”.
WWF mengapresiasi langkah APP mengundang Rainforest Alliance untuk melakukan audit terhadap kemajuan pelaksanaan komitmen kebijakan mereka, dan mendorong APP untuk segera menindaklanjuti dengan tegas temuan-temuan yang disampaikan dalam laporan audit tersebut. WWF juga akan dengan teliti mempelajari temuan-temuan dimaksud untuk selanjutnya memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pembeli APP.
“Setelah menjalani dua tahun untuk melakukan kajian dan perencanaan, APP perlu fokus pada implementasi. Hari ini, APP menjanjikan perubahan dan WWF akan memantau langkah-langkah yang akan diambil untuk melihat keseriusan APP dalam menyelematkan hutan,” ujar Rod Taylor, Direktur Program Kehutanan WWF-International. “Pembeli APP harus tetap waspada terhadap risiko melakukan bisnis dengan perusahaan yang belum menghentikan terjadinya deforestasi dan emisi karbon dari gambut di kawasan sumber bahan baku kayunya”.