SuaraJakarta.co, JAKARTA – Tampaknya sorotan dunia terhadap Indonesia, tidak hanya terjadi pada persoalan yang bersifat sosial kemanusiaan saja (human interest), melainkan juga pada peristiwa alam, khususnya yang berkaitan dengan bencana (natural disaster interest). Hal tersebut, tercermin dari ramainya pemberitaan dan perbincangan yang terjadi di dunia maya (berita online) serta media sosial (twitter).
Hal ini terbukti dari dua hal: rilis 206 artikel online dari 10 lebih situs berita dan 535 mentions di media sosial twitter, yang hanya berlangsung dalam waktu 5 hari terhitung sejak kejadian letusan Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur (13 Februari 2014). Penyedia jasa layanan media monitoring, seperti Awesometrics, bahkan menyebutkan penyebutan (mention) dan pemberitaan tertinggi di media online internasional terjadi pada 14 Februari 2014, yaitu hingga mencapai 74 artikel dan 293 mentions media-media internasional tersebut.
Media internasional yang menempati peringkat tertinggi dalam penyebutan dan pemberitaan di dunia maya tersebut adalah www.usnews.com. Tingginya liputan yang dirilis oleh media internasional Amerika Serikat tersebut disusul oleh www.reuters.com untuk soal mentions, dan www.washingtonpost.com untuk soal rilis artikel yang berkaitan dengan peristiwa erupsi meletusnya Gunung Kelud ini.
Menurut media monitoring yang menjadi produk dari PT Prima Rancang Buana ini, ada 3 (tiga) topik besar yang jamak menjadi penyebutan dan pemberitaan artikel tentang Erupsi Gunung Kelud. Pertama, peristiwa letusan Gunung Kelud; Kedua, Penutupan bandara akibat penyebaran abu vulkanik; Ketiga, dampak bencana yang diakibatkan dari letusan tersebut, misalnya kekurangan air bersih, sandang, pangan, papan, dan sebagainya.
Sorotan ini setidaknya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia – khususnya kementerian yang berkaitan dengan kondisi bencana di Indonesia – untuk merumuskan setiap kebijakan dengan didasarkan pada kesadaran bencana (disaster-based policy). Hal tersebut ditujukan agar reputasi Indonesia di mata dunia tetap baik serta dapat menjadi bench mark bagi negara lain tentang bagaimana melakukan tindakan preventif tentang bencana dengan didukung oleh setiap kebijakan yang dikeluarkan.