SuaraJakarta.co, JAKARTA – Sejak rampung pencoblosan putaran pertama Pilgub DKI Jakarta, serangan terhadap pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno semakin hari semakin masif. Hal ini sudah diprediksi sebelumnya dengan tujuan untuk mendegredasi pasangan Anies – Sandi.
Begitu diungkapkan anggota Presidium Relawan Pemenangan Anies-Sandi (Pras), M Syaiful Jihad di Jakarta, Rabu (15/3).
“Serangan terhadap Anies-Sandi makin gencar. Ibaratnya, serangan datang dari delapan penjuru mata angin,” kata Syaiful.
Namun, kata dia, serangan-serangan personal itu justru membuat dukungan terhadap Anies-Sandi mengalir deras. Sebab, kata dia, publik mengetahui kalau pasangan Anies-Sandi sedang dicari-cari kesalahannya untuk dikriminalisasi, dengan tujuan citra keduanya tampak buruk di mata para pemilik suara.
“Lihat, dukungan justru datang dari PPP, Partai Perindo, FKPPI, KAHMI Jaya, Relawan Agus-Sylvi, serta ormas lainnya,” kata Syaiful.
Dirinya mencontohkan serangan untuk menjatuhkan Anies. Yakni laporan seorang pengacara ke KPK dengan tuduhan korupsi proyek Frankfurt Book Fair pada 2015 di Kementerian Pendidikan. Padahal, proyek tersebut diketuk sebelum Anies resmi menjabat sebagai Mendikbud.
“Kasus Frankfurt sendiri sudah langsung dibantah Goenawan Mohamad. Anies dianggap tidak terlibat oleh tokoh yang dikenal simpatisan petahana itu,” kata Syaiful.
“Mungkin saja dalam waktu dekat Anies dipolisikan gara-gara dulu pernah lupa pakai helm saat belajar naik motor,” sindir Syaiful sambil tertawa.
Sementara upaya kriminalisasi kepada Sandiaga, kata dia, diantaranya seorang perempuan bernama Dini Indrawati Septiani melaporkan dugaan pencemaran nama baik dan fitnah ke Polsek Metro Tanah Abang pada 7 November 2013.
“Namun belum diketahui secara jelas siapa orang yang dilaporkan dalam peristiwa yang disebut terjadi di kawasan Gelora Bung Karno pada 31 Oktober 2013 itu,” kata dia.
Serangan kepada Sandiaga tak sampai disitu, dia kembali dilaporkan Ketua Dewan Direksi Ortus Holdings, Edward S Soeryadjaya ke Polda Metro Jaya atas dugaan penggelapan uang hasil penjualan sebidang tanah di Jalan Raya Curug, Tangerang Selatan, Banten, pada 2012.
“Serangan-serangan secara personal akan terus terjadi hingga coblosan 19 April mendatang. Kami siap mengatasinya,” kata Syaiful.
Tambahnya, hal ini jelas berbeda dengan tuntutan publik untuk menuntaskan dugaan keterlibatan petahana dalam kasus-kasus korupsi seperti reklamasi, RS Sumber Waras, lahan Cengkareng, CSR, taman BMW dan lainnya.