SuaraJakarta.co, JAKARTA – Hanya dihadiri oleh Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, membuat jutaan guru meluapkan kemarahannya kepada Presiden Jokowi. Pasalnya, hal tersebut dinilai sebagai sebuah sejarah buruh selama 70 tahun sejak PGRI berdiri.
“Ini sejarah buruk, sejak PGRI dibentuk pada 70 tahun lalu, baru kali ini HUT PGRI tidak dihadiri presiden. Selama Presiden SBY memerintah 10 tahun, selalu hadir. Ada satu kali tidak hadir tapi diwakili wakil presiden,” kata Basyarudin Thayib, pengurus PB PGRI kepada JPNN, di sela-sela peringatan HUT PGRI di Gelora Bung Karno, sebagaimana dikutip dari laman JPNN, Minggu (13/12).
Senada dengan Basyarudin, Pengurus PB PGRI lainnya, Muhammad Sibromulisi menilai dengan ketidakhadiran ini, membuat presiden akan menjadi dimusuhi 3,4 juta anggota PGRI.
“Sejak PGRI, baru sekarang ini HUT-nya hanya diwakili menteri. Biasanya setiap 10 tahun peringatan HUT, program PGRI back to Solo sebagai kota lahir PGRI. Nanti ulang tahun ke-70, guru-guru ke ibukota. Sayangnya presidennya tidak hadir,” sesal Muhammad.
Baik Basyarudin maupun Muhammad menduga ketidakhadiran Jokowi, salah satunya karena adanya dua SE dari MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi dan Mendikbud Anies Baswedan. “Secara psikologis memang bisa ditebak bila presiden batal hadir. Kami dapat info presiden tidak akan hadir itu sore (12/12). Ini sangat mengecewakan kami semua,” tandas Basyarudin yang diaminkan Muhammad.
Diketahui, HUT PGRI kali ini hanya dihadiri oleh Menko PMK Puan Maharani, yang sekaligus membacakan pidato Jokowi.
“Saya mewakili Presiden Jokowi menyampaikan salam hangat kepada seluruh guru Indonesia yang hadir pada kesempatan ini,” kata Puan di Stadion GBK, Minggu (13/12/2015).
Puan mengatakan, presiden sebenarnya sudah dijadwalkan menghadiri acara ini. Namun, karena ada kepentingan lain, dengan berat hati dia membatalkannya.
“Tadi Pak Presiden mau hadir, tapi beliau mengikuti kegiatan lain. Jadi nggak bisa datang,” tutur dia tanpa memberikan keterangan jelas kegiatan apa yang diikuti Jokowi.
Dalam sambutannya, Puan menyebut guru punya peranan penting bagi bangsa ini. Sebab, pembangunan bisa terwujud karena peran guru.
“Guru punya tanggung jawab tinggi dalam membangun bangsa. Yaitu dengan cara mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan karakter dan meningkatkan kualitas hidup manusia yang berakhlak serta menguasai ilmu pengetahuan,” kata Puan.
Selain itu, dia pun meminta agar guru memperkuat mutu pelayanan bagi seluruh peserta didiknya. Tak peduli di mana guru itu bertugas.