MITI: Belajar Sistem Inovasi dari Swedia

MITI: Belajar Sistem Inovasi dari Swedia
(Foto: Dok MITI)
SuaraJakarta.co, SWEDIA – Dalam rangka mengembangkan kerjasama iptek dan perguruan tinggi Indonesia-Swedia, MITI ikuti pelatihan bertajuk “Two Weeks Training on Innovation Systems and Entrepreneurship” di Swedia. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Ristek dan Dikti RI bekerjasama dengan Lund University ini dilaksanakan pada 24 November hingga 6 Desember 2014 esok hari. Selain MITI, peserta juga berasal dari Kementrian Ristek dan Dikti, BPPT, BSN, BMKG, BIG, Kementrian Perindustrian, dan beberapa Universitas diantaranya UI, ITB, UNDIP, dan Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). MITI merupakan satu-satunya NGO yang diundang untuk mengikuti pelatihan ini.

Nada Marsudi, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional Kementerian Ristek dan Dikti RI menyampaikan bahwa dari kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan untuk meciptakan sistem inovasi daerah maupun nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif daerah. “Peserta yang dipilih dari perwakilan berbagai institusi diharapkan dapat berkolaborasi untuk membangun sistem triple helix model, baik dengan sesama institusi dalam negeri maupun institusi di Swedia untuk menciptakan iklim inovasi yang kondusif bagi pembangunan Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi,” ujarnya.

Ekonomi inovasi meyakni bahwa entrepreneur, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi merupakan variabel fungsi produksi dalam model pembangunan suatu negara yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dalam paradigma ekonomi inovasi merupakan produk akhir dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan lahirnya entreprenuer-entrepreneur baru dalam berbagai sektor. Dalam pelatihan ini peserta pelatihan belajar langsung dari elemen triple helix di Swedia, yaitu elemen akademisi yang diwakili oleh Lund University, pemerintah berupa kunjungan ke Walikota Lund, dan praktisi baik bisnis maupun intermediasi iptek tentang bagaimana membangun sistem inovasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui entrepreneurship.

BACA JUGA  Ular Boa Raksasa Muncul di Toilet Wanita di Gedung Perkantoran

Swedia merupakan negara kecil dengan jumlah penduduk berjumlah 9 juta jiwa namun dinobatkan sebagai negara paling inovatif kedua oleh Global Innovation Index. Swedia telah menjadi pusat inovasi teknologi-teknologi mutakhir dan merupakan penemu Bluetooth, packaging Tertra Pak yang merupakan perusahaan multinasional pengolahan kemasan makanan dan minuman, Skype, dan Spotify. Swedia juga memilki perusahaan-perusahaan multinasional yang telah menembus pasar internasional diantaranya Sony, Ericsson, Volvo, Electrolux, dan Sandvix untuk bidang teknologi. Swedia tidak hanya terkenal dalam dunia teknologi namun juga dunia fashion, perabotan, dan musik. IKEA, yang produknya juga sudah masuk ke Indonesia merupakan market leader dalam perabotan dan perlengkapan rumah. Menariknya, Ingvar Kamprad sebagai founder IKEA awalnya hanyalah seorang penjual pemantik kayu di desa dan akhirnya menjadi pendiri perusahaan furnitur terlaris di dunia.

Semua keberhasilan sistem inovasi tersebut tentu didukung oleh kualitas pendidikan dan penelitian yang sangat baik di Swedia. Investasi besar-besaran dalam bidang research and development telah mengantarkan Sweden menjadi negara yang sangat inovatif. Contohnya Melalui hasil-hasil riset yang diimplementasikan menjadi produk komersial muncullah banyak perusahaan dan entrepreneur di Swedia yang menciptakan lapangan kerja, memperbaiki taraf hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Sistem pendidikan yang tidak mengenal hirarki dan free creative thinking yang diterapkan sejak tingkat sekolah dasar telah menciptakan sumber daya manusia yang open minded terhadap inovasi. Inovasi bukan hanya teknologi, namun disemua bidang, seperti seni, budaya, dan manajemen seperti kultur, marketing, dan advertising. Creative thinking ini yang memacu tumbuhnya inovasi produk dan entrepreneur di Swedia.

BACA JUGA  Krisis Listrik, Ancaman Lanjutan Pasca Serangan Israel ke Gaza

Entrepreneurship merupakan kunci pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka Swedia juga mengerahkan berbagai upaya untuk mensupport tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru di Swedia, misalnya melalui lembaga Ventura Cup, Inkubator Bisnis, pelatihan oleh Media Evolution, dan lain-lain. Semua kondisi ini menjadi daya tarik utama bagi Indonesia untuk belajar sistem inovasi dan entrepreneurship dari Swedia. Dalam pelatihan ini para peserta pelatihan dari Indonesia juga belajar langsung bagaimana melakukan manajemen inovasi dan entrepreneur dari para praktisi dari berbagai lembaga tersebut.

Dr. Mahfudz Al-Huda, M. Eng, Deputi Ketua MITI Bidang Pembinaan Ilmuwan, Teknolog, Peneliti, dan Mahasiswa, menjelaskan bahwa pengiriman delegasi untuk belajar bersama di Lund University ditujukan untuk mendukung program regional development yang digarap oleh MITI. “Setelah pengiriman delegasi untuk belajar bersama dengan Steinbeis GmbH di Jerman bulan lalu, pengiriman delegasi ke Swedia ini akan mendukung proses dan kerja MITI untuk membangun kantor transfer teknologi pertama di Indonesia yang mengangkat budaya lokal,” ungkap Mahfudz. Ia menambahkan jika mulai tahun depan MITI siap untuk menjadi pelopor transfer teknologi di Indonesia untuk menjembatani antara peneliti, industri, dan masyarakat. “Konsep yang kami bawa bukan technology push, namun demand pull. Technology push hanya berorientasi pada pengembangan teknologi sesuai dengan keinginan peneliti untuk kemudian ditawarkan kepada masyarakat, sedangkan demand pull berorientasi pada kebutuhan masyarakat dalam pengembangan teknologi. Jika demand pull dilaksanakan, maka tidak akan ada kabar ratusan bahkan ribuan hasil riset tidak digunakan,” tambahnya.

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles