SuaraJakarta.co, JAKARTA – Sebagai bagian dari konsekuensi 5 (lima) besar penduduk terbanyak di dunia, Indonesia, harus menyadari realita bahwa hal tersebut berdampak pada tingginya aktivitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang pada gilirannya menghasilkan sampah plastik terbesar di perairan dunia.
Bersama dengan China, Indonesia menjadi penghasil sampah botol plastik, bungkus makanan, dan hal-hal pembuangan lainnya yang jumlahnya mencapai 1/3 dari sampah yang mengalir ke lautan.
Hal tersebut sebagaimana dipaparkan dalam Journal Science sebagai hasil studi yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, seorang Ahli Teknik Lingkungan dari University of Georgia sebagaimana dikutip dari situs World Science Journal (Sabtu, 13/2/2015)
“Studi menemukan bahwa di tahun 2010 antara 4,8 juta hingga 12,7 juta ton botol-botol, bungkusan, sedotan, dan sampah makanan lainnya mengalir ke samudra di tahun 2010”, katanya
Di Indonesia, menurutnya, orang-orang yang tinggal di sepanjang garis pantai menghasilkan 3,22 juta dari sampah yang tidak didaur ulang, yang jumlahnya mencapai 10% dari total sampah di dunia, pada tahun 2010. Dampak dari sampah yang tidak didaur ulang tersebut, pada akhirnya, akan menghasilkan 1,29 juta ton yang mengendap di dasar lautan dan mengganggu ekosistem lingkungan.
Studi ini didasarkan pada dara konsumer dan informasi manajemen lingkungan bagi masyarakat yang hidup di area pantai di seluruh dunia. Hasil riset tersebut dipaparkan dalam Pertemuan Tahunan bagi para Ilmuwan di Amerika (annual meeting of the American Association for the Advancement of Science)
Bagi Jenna, pemerintah Indonesia harus segera menyadari hal ini dengan cara meningkatkan pengelolaan limbah (waste management) dengan lebih baik
“Pengelolaan limbah sedang ditingkatkan, bahkan jika populasi yang bertumbuh Indonesia itu berarti sama dengan pertumbuhan limbah”, tuturnya sebagaimana mengutip perkataan dari Ilham Malik, Deputi Menteri untuk Lingkungan Hidup. (ARB)