SuaraJakarta.co, TANGERANG – Galeri Inovasi Teknologi (GIT) milik Indonesia menjadi proyek percontohan intermediasi teknologi di wilayah ASEAN melalui program Pilot Project Scheme (PPS) yang diselenggarakan oleh Sekretariat ASEAN bersama German Cooperation, GIZ, dan GFA. GIT merupakan platform yang menjembatani permasalahan para praktisi industri untuk diselesaikan bersama para ahli di bidangnya secara online dan offline. Selama satu tahun ke depan, platform ini diharapkan dapat diduplikasi oleh negara-negara ASEAN, seperti diungkapkan pada networking worksop, Rabu (30/09), di Hotel Mercure, Alam Sutera.
Platform GIT telah diluncurkan pada tahun 2013 oleh Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) dan telah memfasilitasi puluhan pihak industri untuk berkonsultasi dengan para ahli. Platform ini dapat diakses bebas melalui alamat daring http://git-miti.com/ bagi masyarakat dan industri yang memiliki permasalahan terkait teknologi. Hampir 90% masyarakat yang telah memanfaatkan platform ini adalah industri pangan.
Saat ini GIT lebih banyak menargetkan pengusaha perempuan di sektor pengolahan pangan lokal yang bertujuan untuk meningkatkan produk mereka melalui inovasi produk, proses atau model bisnis mereka. GIT menawarkan platform intermediasi untuk peneliti, akademisi, dan pakar bisnis dan membantu menghubungkan pengusaha perempuan dengan para ahli guna pengembangan usaha dan promosi inovasi. Platform intermediasi ini mendukung kolaborasi dan pembangunan jaringan melalui kegiatan online dan offline. Platform ini menyertakan bukan hanya ahli pada tingkat tingkat nasional, tetapi juga merangkul mitra jaringan di tingkat ASEAN.
Networking workshop yang digelar untuk mempertemukan berbagai stakeholder ini membahas pelaksanaan pengembangan GIT agar memiliki cakupan lebih luas hingga ke Indonesia Timur. Doni Wibisono, Ketua Komite Kebijakan Publik dan Hubungan Lembaga, Gabungan Asosiasi Pengusama Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), mengatakan bahwa dukungan Galeri Inovasi Teknologi yang dikelola oleh MITI sangat mungkin untuk memfasilitasi UKM hingga Indonesia Timur. “Selama ini pendampingan UKM oleh berbagai lembaga sebagian besar dilakukan di Pulau Jawa. Dengan jejaring MITI yang luas, Galeri Inovasi Teknologi sangat mungkin untuk memfasilitasi UKM hingga Indonesia Timur,” kata Doni.
Dr. Sri Harjanto, Direktur Pemberdayaan Industri dan Sektor Privat MITI, yang memimpin pengembangan proyek GIT menyampaikan bila masyarakat dapat mengakses layanan GIT dengan mudah. “Banyak ahli terutama ahli pangan di level ASEAN yang berasal dari Indonesia. Kesempatan ini harus dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia khususnya untuk mengembangkan UKM-UKM yang ada,” tuturnya. “Selain para ahli, dalam platform GIT ini, UKM juga dapat menimba ilmu dari UKM lainnya yang sudah dahulu dapat menyelesaikan permasalahan di industri yang serupa,” tambah Harjanto.
Proyek Percontohan tingkat ASEAN ini dilakukan oleh MITI yang menggandeng berbagai lembaga, seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian KUKM, GAPMMI, IPB, Universitas Bakrie, BPOM, dan lembaga lainnya pada tingkat lokal. Pada tingkat regional ASEAN, MITI didukung oleh ASEAN SME Advisory Council, ASEAN Food Safety Network, ASEAN Sub-Committee on Food Science and Technology, dan ASEAN Sub-Committee on S&T Infrastructure and Resources Development, serta lembaga-lembaga transfer teknologi di negara ASEAN lainnya. Selain itu, MITI juga didampingi oleh Steinbeis, pusat transfer teknologi yang terkemuka di Jerman. April 2016 mendatang, networking workshop serupa akan dilaksanakan dalam lingkup ASEAN. (DWH)