Mahasiswa Jepang di C-Tech Labs Temukan Chaos dalam Otak

SuaraJakarta.co, TANGERANG – Hiroki Okada (24), mahasiswa lulusan terbaik Department of Applied Mathematics and Physics, Graduate School of Informatics, Kyoto University, berhasil menyelesaikan riset bersama C-Tech Labs mengenai chaos otak yang direkam dengan ECVT. Riset dikembangkan C-Tech Labs di kawasan Alam Sutera.

Okada bersama tim riset di C-Tech Labs yang dipimpin oleh Dr. Warsito P. Taruno, M.Eng berhasil mengungkap adanya chaos di dalam otak manusia. Hasil riset menyebutkan bahwa otak manusia dalam kondisi rileks mempunyai tingkat chaos paling tinggi. Seiring dengan proses aktivitas berpikir, tingkat chaos semakin kecil yang menunjukkan bahwa pada saat berpikir, aktivitas otak manusia mempunyai tingkat keteraturan yang tinggi.

“Saya meneliti bagaimana cara menganalisis pola chaos dari sinyal ECVT. Saya rasa kami bisa mendapatkan pola chaos dari sinyal ECVT sama dengan langkah yang digunakan untuk sinyal NIRS (Near Infrared Spectroscopy),” ujar Okada ketika ditemui di ruang laboratorium brain scanning C-Tech Labs. “Di C-Tech saya banyak belajar tentang metode dan teori dari para peneliti di sini untuk menganalisis pola chaos sinyal otak yang direkam menggunakan ECVT,” tambahnya.

Komputasi chaos biasa digunakan untuk menganalisis informasi dalam sinyal dengan intensitas sangat lemah yang terkandung dalam noise atau untuk memprediksikan data yang sangat fluktuatif seperti harga saham. Dalam riset di C-Tech Labs ini, teknologi komputasi chaos diimplementasikan menggunakan super computer untuk menganalisis data 4D aktivitas otak manusia yang dihasilkan dari alat pemindai ECVT untuk berbagai aplikasi tentang fungsi kerja otak manusia.

BACA JUGA  Dibekukan Kemenkes, Ratusan Peneliti dan Karyawan Klinik Kanker Ini Akhirnya Kena PHK

Dalam riset sebelumnya yang dipublikasi tahun 2013 di San Fransisco, tim riset C-Tech Labs melaporkan bahwa sinyal otak semakin kuat pada saat manusia melakukan aktivitas otak yang semakin intensif. “Hasil riset yang baru ini menunjukkan bahwa aktivitas otak yang semakin tinggi berkorelasi dengan tingkat keteraturan yang tinggi di dalam otak,” jelas Warsito, CEO C-Tech Labs.

Okada melakukan riset di Indonesia melalui skema kerjasama joint research yang disepakati oleh Kyoto University dan C-Tech Labs tahun 2014 lalu. Kerjasama riset dilakukan dalam membangun kapasitas riset tentang kerja otak manusia dan pengembangan teknologi komunikasi maju di masa depan. “Otak manusia merupakan salah satu bidang yang sangat sedikit dieksplorasi dalam sains dan penelitian,” ucap Profesor Ken Umeno, Kepala Department of Applied Mathematics and Physics di Kyoto University ketika penandatanganan kerjasama tersebut. Ia menekankan bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi masa depan akan beralih pada komunikasi digital antarotak manusia yang perkembangannya tergantung pada kemampuan analisis kerja otak manusia dan pengkodean data aktivitas otak menjadi dalam bentuk data informasi digital.

BACA JUGA  Media Sosial Ask.fm Diduga Penyebab Tewasnya 9 ABG

C-Tech Labs yang berbasis di Kawasan Alam Sutera, Tangerang, selama ini telah berhasil mengembangkan teknologi pencitraan untuk memindai otak manusia secara 4D (real time) menggunakan teknologi ECVT. Alat pemindai aktivitas otak 4D ini pertama kali diperkenalkan pada Simposium Internasional tentang Pencitraan Biomedis (ISBI) IEEE di San Fransisco, Amerika Serikat, pada tanggal 7 hingga 11 April 2013. Teknologi ini sebelumnya digunakan untuk melakukan pendeteksian abnormalitas fungsi otak yang disebabkan oleh tumor, epilepsi, penyakit Alzheimer, atau disfungsi otak lainnya. “Teknologi ECVT dapat mengukur sinyal elektrik otak dan menghasilkan peta data volumetrik digital aktivitas otak secara 4D. Data yang dihasilkan dapat diekstraksi untuk menghasilkan informasi yang berguna mengenai aktifitas otak manusia,” jelas Warsito.

Sementara itu, laboratorium Profesor Umeno di Departemen Matematika dan Fisika Terapan, Universitas Kyoto, selama ini melakukan riset secara intensif pada bidang analisis sinyal digital menggunakan teknologi pengkodean chaos untuk aplikasi pada sistem telekomunikasi.

Teknologi pengkodean chaos memungkinkan untuk mengubah data aktivitas otak menjadi data digital dan mentransfernya melalui teknologi komunikasi dan informasi. Dengan demikian, suatu ketika manusia bisa dilakukan komunikasi antara otak dengan komputer, atau antarotak manusia melalui komputer atau internet yang merupakan konsep telekomunikasi masa depan. (DWH)

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles