Judul buku: Bunga Rampai Kedokteran Islam 2: Kontroversi Imunisasi
Tebal buku: 278 halaman
Penerbit: Pustaka Al-Kaustar
Sebenarnya, diskusi alot antara para penggiat antivaksin dengan provaksin telah terjadi sejak lama, sejak belasan tahun yang lalu. Seperti halnya banyak teori baru yang menjerumuskan penemunya ke dalam kehinaan. Sebutlah Galileo yg mendukung teori bahwa bumi itu mengelilingi matahari, teori itu membuatnya dikucilkan dari gereja hingga ajalnya, namanya baru dibersihkan ratusan tahun kemudian oleh pihak Vatikan.
Begitupun penemuan vaksin, hingga kini masih menjadi kontrovesi. Kemudian muncullah media sosial yang menghapus batas geografis manusia. Lalu internet menjadi nara sumber paling dipercaya. Tak pelak, kontrovesi tentang imunisasi pun menjadi salah satu topik, yang demikian ramai dibicarakan, hingga masing-masing simpatisan pro dan anti-vaksin menimbulkan makin menimbulkan polarisasi.
Naasnya, tak semua kutub menggunakan dasar ilmiah yang sahih dalam argumennya. Bahkan tak jarang mengeluarkan prasangka. Akibatnya, para “floating mass” yang tak mengerti apa-apa kemudian menjadi korban.
Maka, pertanyaan-pertanyaan mereka sering mendapat jawaban seadanya.
“Kakaknya divaksin sering sakit, adiknya ga divaksin sehat. Jadi untuk apa?”
“Vaksin kan senjata bikinan Yahudi untuk melemahkan ummat Islam?”
“Untuk apa bayi divaksin? Bukankah ASI dan tahnik saja sudah cukup?”
“Apakah setelah divaksin bisa bebas dari penyakit?”
Buku ‘Bunga Rampai Kedokteran Islam 2: Kontroversi Imunisasi’ ini disusun di antara ramainya diskusi tersebut. Dr.Siti Aisyah Ismail bersama rekan-rekannya di Prokami: Profesi Kesehatan Muslim Indonesia, sengaja mengumpulkan tulisan dari 33 kontributor dengan berbagai latar belakang demi memberikan pandangan utuh kepada pembaca. Dirinya sendiripun tak pelak ikut menuangkan berbagai gejolak di pikirannya tentang kontroversi panjang ini.
Pandangan ilmiah dikumpulkan dari para dokter anak, pakar imunologi, hingga mereka yang bekerja di bidang farmasi. Pandangan agama dituliskan oleh ahli syariah, pun oleh dokter yang juga aktif mengkaji agama.
Di bab awal buku bahkan pandangan para ‘korban’ vaksin diberikan tempat untuk disimak kisah dan opininya. Para ‘korban’ ini layak diberi kesempatan untuk menyampaikan curahan hati. Dan ternyata, inilah kelebihan buku ini dari buku lain dengan topik yang sama. Para ‘korban’ vaksin ini membuat kontroversi imunisasi ini menjadi tema yang luar biasa pentingnya, sebab dari mereka pembaca bisa menyadari bahwa ini bukan hal yang sepele. Karena urusan imunisasi ayah dan anak bisa perang dingin. Karena urusan imunisasi, hak asasi anak bisa terabaikan. Karena kontroversi ini, gelar dokter bahkan doktoral sudah tak diperlukan karena telah lahir perguruan tinggi online baru yang bisa diakses dari manapun: UGM! Universitas Google Mandiri!
Buku setebal 289 halaman ini memang wajib dibaca siapa saja. Tak harus menjadi menjadi orang tua yang anaknya mau diimunisasi untuk membaca buku ini. Kedua kutub: pro dan antivaks, juga mereka yang masih menjadi ‘floating mass’ perlu membaca buku ini.
Baru setelah membacanya, Anda boleh bersikap.
Penulis: dr. Sari Kusumawati, Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia