Setiap dari kita akan mengalami masa pensiun, cepat atau lambat. Apa yang terjadi di masa pensiun? Dari kacamata keuangan, yaitu stopnya penghasilan dari apa yang kita lakukan, bekerja sebagai karyawan, professional maupun pebisnis yang menjalankan bisnisnya sendirian. Oleh karena itu, di masa pensiun tersebut kita sudah tidak lagi mengandalkan pada “apa yang dilakukan” tapi mengandalkan pada “apa yang dimiliki” atau sering disebut sebagai penghasilan pasif.
Dan yang kedua yaitu secara fisik memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi dibanding saat masih muda. Ini juga tentu memerlukan penanganan tersendiri secara keuangan. Agar biayanya tidak memberatkan, bahkan menggerogoti kekayaan yang dikumpulkan.
Penghasilan pasif bisa diperoleh dengan 3 jalur. Jalur pertama yaitu memiliki sejumlah asset properti yang dapat disewakan. Selain nilai pokoknya yang cenderung naik, properti bisa memberikan hasil bulanan atau tahunan saat disewakan sehingga bisa menjadi pengganti gaji. Kata kuncinya di sini adalah properti dengan nilai sewa yang tinggi, bukan properti yang mudah dijual-beli atau yang prospek naik harganya tinggi.
Jalur kedua penghasilan pasif yaitu asset kertas yang diinvestasikan dengan imbal hasil rutin. Kata kuncinya adalah imbal hasil rutin atau dalam dunia keuangan disebut dengan fixed income, kebalikan dari growth income. Di masa aktif bekerja, investasi lebih banyak asset pada growth income (reksadana, saham, emas, dll) untuk meningkatkan volume dengan optimal. Tapi di masa pensiun, fokus investasinya adalah pada fixed income (deposito, Sukuk) yang memberikan pengganti uang gaji dengan risiko minim.
Dan jalur terakhir adalah dengan memiliki bisnis yang menghasilkan. Ingat, kata kuncinya adalah “memiliki” bisnis, bukan “menjalankan” bisnis. Fokusnya bukan pada profit lagi, tapi pada deviden tunai. Menjadi “on the business” bukan lagi “in the business”.
Persiapan kedua yaitu manajemen risiko. Karena pensiun tidak sendirian, tapi bersama pasangan, maka pastikan asset itu bisa terbentuk saat kita ada atau tiada. Karena akhir dari pensiun juga artinya memberikan legacy, maka pastikan asetnya tidak tergerogoti jika sakit terjadi. Di sini kita perlu yang namanya manajemen risiko, dan asuransi pensiun bisa menjadi salah satu solusinya.
Untuk persiapkan pensiun, kebutuhan kita adalah kombinasi antara investasi jangka panjang, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi penyakit kritis.
Investasi jangka panjang dalam asuransi pensiun biasanya bersifat konservatif dan minim risiko. Ada asuransi jiwa sehingga ada santunan untuk keluarga jika tidak mencapai usia pensiun. Atau menjadi warisan bagi keluarga jika mereka sudah dewasa. Dan yang lebih penting lagi, memiliki perlindungan terhadap sakit kritis dan perawatan rumah sakit karena risiko ini bertambah tinggi saat masuk usia pensiun.
Untuk persiapkan pensiun, kebutuhan kita adalah kombinasi antara investasi jangka panjang, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi penyakit kritis.
Penulis: Ahmad Gozali, Independent Financial Planner, Wealth Optimizer, Chairman of Zelts Consulting