SuaraJakarta.co, JAKARTA – Gaes, daerah Kwitang itu letaknya di Jakarta Pusat. Ternyata memiliki sejarah tiga etnis yang berkaitan, yakni Tionghoa, Betawi, dan keturunan Arab.
Dikutif dari pernyataan Zaenuddin HM dalam bukunya berjudul “212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe” bahwa Kwitang berasal dari nama orang China, tuan tanah yang kaya raya, hidup pada masa lampau yang namanya Kwik Tang Kiam.
Gaes, Kwik Tang saat itu menjadi juragan tanah di daerah itu. Hampir semua tanah menjadi miliknya. Tajirrrr melintir gaes.
Tapi, menurut catatan, Kwik Tang memiliki seorang anak tunggal yang sifatnya tidak baik, suka berjudi dan mabuk-mabukan.
Setalah Kwik Tang meninggal, semua tanah milik bapaknya habis terjual dan banyak yang dibeli oleh saudagar keturunan Arab. Kerena itulah sampai sekarang daerah itu disebut Kwitang dan banyak keturunan Arab yang tinggal di kampung tersebut.
Sampai tahun 1960-an Kwitang dikenal sebagai salah satu gudangnya jago pencak silat di Ibu Kota. Di atara belasan jagoan pencak silat itu ialah H. Muhammad Djaelani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mad Djaelani.
Ilmu silatnya, Mustika Kwitang, kini diwariskan kepada cucunya, yang sekaligus adalah muridnya bernama H. Zakaria. Dialah yang mengembangkan warisan budaya itu hingag jumlah muridnya mencapai puluhan ribu, dan tersebar bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di manca negara.
Tidak jauh dari kali Ciliwung terdapat Masjid Al-Riyadh, yang lebih dikenal sebagai Kwitang. Dibangun awal 1900-aan oleh Habib Ali Alhabsji, tokoh ulama Betawi keturunan Arab.