Spirit Kerelawanan untuk Kebangkitan Indonesia

SuaraJakarta.co – Pada 20 Mei kemarin, Indonesia merayakan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-107. Hari Kebangkitan Nasional merupakan momen bagi kita untuk mengenang masa ketika rakyat Indonesia dengan lantang menolak ketidakadilan yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Pada masa inilah banyak tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia lahir. Lahir pula pemikiran-pemikiran dari para tokoh bangsa yang nantinya akan membentuk Indonesia sebagaimana Indoenesia yang sekarang.

Kebangkitan Indonesia melawan penjajah bermula ketika para pedagang batik di Surakarta berhimpun dalam satu organisasi untuk melawan hagemoni kekuatan perdagangan Tionghoa. Perhimpunan ini dinamakan Sarekat Dagang Islam, atau SDI. SDI terus bergerak di bidang ekonomi dan sosial demi kemajuan rakyat di sekitarnya. SDI kemudian membesar dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Setelah perhimpunan ini semakin besar, Sarekat Dagang Islam bertransformasi menjadi pergerakan yang lebih luas. Ditandai dengan pergantian nama menjadi Sarekat Islam, perhimpunan ini melakukan gerakan ekonomi, sosial kemanusiaan, politik, dan agama. Sarekat Islam membuka diri ke berbagai lapisan masyarakat dan dengan lantang menyerukan keadilan untuk rakyat pribumi.

Kebangkitan Indonesia juga dipelopori oleh pemuda terpelajar yang sadar bahwa masa depan bangsa ini terletak di tangan mereka. Akhirnya lahirlah perkumpulan Boedi Oetomo, sebuah perkumpulan pemuda terpelajar jawa yang bersifat sosial, ekonomi dan kebudayaan. Merekalah yang mengenalkan istilah “tanah air Indonesia” kepada masyarakat. Oleh karena itu, hari lahir Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Dan setelahnya lahir pula banyak pergerakan yang serupa seperti Muhammadiyah dan Indische Partij.

Walupun kita mempunyai pergerakan yang berbeda-beda pada masa itu, ada beberapa hal yang menjadi kesamaan dari mereka. Mereka melakukan hal tersebut atas dasar kerelaan mereka untuk berjuang demi rakyat Indonesia. Mereka tidak peduli dengan halangan dan rintangan. Mereka mempertaruhkan raga dan jiwa mereka untuk kepentingan bangsa. Mereka telah merelakan waktu luang mereka untuk kebaikan orang di sekitarnya. Itulah spirit kerelawanan yang harus kita jaga hingga masa yang akan datang.

Penulis: Muhammad Fadhil. Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Related Articles

Latest Articles