Oleh: Prijanto Soemantri, eks. Wakil Gubernur DKI Jakarta
Deputi Gubernur mencampur aduk “consern” dengan “etika birokrasi”, siapa yang GOBLOK dan siapa yang KURANG AJAR?
KASUS ini sebenarnya tidak begitu penting. Tetapi mendengar jawaban/penjelasan aparat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terkesan membela diri asal-asalan, dan menganggap rakyat Jakarta bodoh, akhirnya terpaksa saya nulis ini.
Saat ini rakyat Jakarta, sering disuguhi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hal-hal yang lucu. Bagaimana tidak lucu, ditanya tentang A jawabannya tentang B.
Kasus rapat tentang Kota Tua ini, yang dipersoalkan rakyat terkait dengan “etika birokrasi” …tetapi dijawab Deputi Gubernur dengan kata “consern”. Bahasa keren si-Deputi, tetapi tidak nyambung dengan yang dipersoalkan. Opo (apa-red) hubungannya?
Ada etika birokrasi yang ketat, dalam rapat semacam ini, mestinya yang duduk sebagai pimpinan rapat ya Deputi Gubernur, duduk sendiri ditengah. Bahkan rapat yg terkait dengan PKK saja, Ketua PKK/istri Gubernur bisa saja didudukkan di depan bawah. Apalagi saat itu tidak berkapasitas sebagai Ketua PKK. Berarti istri Ahok ada di bawah juga tidak masalah.
Jika ada ‘kewuh pakewuh’, bisa di depan 2 (dua) orang. Kanan Deputi Gubernur DKI, (disebelah) kiri-nya istri Ahok. Model ini karena ada rasa sungkan, istri Ahok sebagai ketua PKK, walau tidak ada korelasi dengan materi rapat.
Jika ada sungkan lagi dengan adiknya Gubernur Ahok (tetap ini TIDAK PANTAS, karena adik Ahok tidak punya kapasitas apapun di strukur Pemerintah Provinsi DKI) Deputi Gubernur DKI ditengah sebagai pimpinan rapat, KANAN-nya istri Gubernur DKI (menghargai sebagai ketua PKK) dan di sebelah kiri-nya adiknya Ahok.
Memakai ruang Rapat Pimpinan tentu ada ijin Gubernur. Berarti Deputi Gubernur mewakili Gubernur dan bicara mewakili Gubernur. Tetapi lihat posisi duduknya. Heemm… TIDAK PANTAS.
Apalagi adiknya Ahok, dia adalah tamu biasa yang “consern” tentang kota tua (jika itu benar). Ngapain mesti duduknya diposisi kursi pimpinan? Kata anak jalanan… ‘Aje gile banget!’
Kata Deputi Gubernur, rakyat yg consern bisa datang ke Balaikota, boleh-boleh saja. Tetapi etika birokrasi ya tetap dijaga. Ibu Deputy tidak boleh ngerusak aturan. Anak pramuka saja, jika lihat foto tersebut, tanpa penjelasan pasti ngomong yang pimpin rapat yang duduk didepan yang posisinya ditengah.
Nah apa iya nyambung jika pejabat Pemprov terus seperti KODOK NGOREK.. ‘Pating ceblung’ terus ngomong.. Menutupi kekeliruannya? Benarkah yang pimpin rapat Deputi Gubernur Silviana Murni? Jika benar, lho kok posisi duduknya kalah dengan adiknya Ahok? Janganlah suka ngeles dan menganggap rakyat itu bodoh.
Kasus ini nampaknya ada yg “Goblok” dan “Kurang Ajar”? Siapakah dia? Silahkan cari jawabannya dengan perspektif masing-masing.