Perempuan ini Sukses Dorong Perusahaan Farmasi Raksasa Turunkan Harga Obat Hepatitis C

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Sekitar dua tahun yang lalu, Ayu Oktariani, seorang perempuan dengan HIV positif dan Hepatitis C, memulai petisinya di Change.org meminta perusahaan farmasi PT. Roche Indonesia sebagai pemilik paten obat Hepatitis C jenis Pegylated Interferon agar menurunkan harga supaya terjangkau masyarakat Indonesia. Setelah melalui perjuangan berliku, kemarin (22/6) Ayu mengabarkan bahwa www.change.org/p/pt-roche-indonesia-turunkan-harga-pengobatan-hep-c-agar-bisa-ter petisi tersebut telah berhasil.

Berikut kata Ayu yang disampaikan dalam update kemenangan petisinya:

“Saya Ayu Oktariani, perempuan HIV Positif dan juga mengidap Hepatitis C. Saya adalah ibu rumah tangga, yang aktif mengkampanyekan ODHA berhak untuk Sehat. Selama 6 tahun, saya mendapatkan akses obat ARV …dengan mudah dan gratis. Beda persoalan dengan kondisi hepatitis C saya yang terabaikan, tidak tersentuh pengobatan, karena mahalnya harga obat yang tidak akan mampu saya akses.

Karena hal tersebut, menggagas Petisi di Change.org untuk melawan kerakusan perusahaan farmasi Roche agar tersedia obat hepatitis jenis Pegylated Interferon yang terjangkau. Perjuangan ini berhasil dan sekarang obat ini sudah bisa diakses dengan ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Saya berterima kasih atas semua dukungan teman-teman dalam petisi saya.

Lihat update selengkapnya dari Ayu disini:

https://www.change.org/p/pt-roche-indonesia-turunkan-harga-pengobatan-hep-c-agar-bisa-terjangkau-masyarakat-indonesia/u/11158468

Berangkat dari kesuksesan petisi sebelumnya, Ayu tergerak untuk terus memperjuangkan akses terhadap obat Hepatitis C lainnya. Baru saja, perempuan yang kini tinggal di Bandung itu membuat petisi lagi. Kali ini petisinya ditujukan kepada Menteri Kesehatan Nila Moeloek, meminta harga obat Hepatitis C bernama Sofosbuvir diturunkan.

Menurut Ayu, berbeda dengan obat jenis Pegylated Interferon yang pemakaiannya dengan cara disuntik, obat Sofosbuvir  cara penggunaannya ditelan oral ini terbukti memiliki tingkat efek samping minim bagi pasien yang mengkonsumsinya dan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi.

“Di India, Pakistan, dan Mesir, obat Sofosbuvir generik bisa dibeli dengan harga sekitar 3 juta perbotol. Sudah mahal kan? Harga obat patennya jauh lebih mahal bisa mencapai 364 juta per botol. Sebelum obat ini masuk ke Indonesia, kita harus dorong Menkes untuk nego dengan perusahaan untuk memakai harga obat generik. Jika tidak, bayangkan jika penderita Hepatitis C harus membeli obat paten seharga ratusan juta itu!” seru Ayu.

Dalam petisinya Ayu meminta Menteri Kesehatan agar menyediakan obat generik untuk jenis obat tersebut. Jika negosiasi antara pemerintah Indonesia dan perusahaan berhasil, harga obat ini bisa sama seperti di India, Pakistan, dan Mesir. Saat ini Ayu juga mendorong agar Menkes menginstruksikan kepada BPOM untuk segera mendistribusikan obat ini.

Related Articles

Latest Articles