SuaraJakarta.co, JAKARTA – Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menilai terpaan persoalan hukum yang bertubi-tubi belakangan ini, diyakini dapat menurunkan elektabilitas maupun popularitas Ahok.
Selain kasus Sumber Waras yang menjerat Ahok karena diperiksa KPK, Ahok saat ini juga masih pesakitan karena ulah anak buahnya sendiri, yaitu Sunny Tanuwidjaja yang juga dicekal KPK tidak bisa ke luar negeri atas kasus Perda Reklamasi.
Padahal, momen Pilkada DKI 2017, kian dekat. Apalagi belum ada partai besar yang secara resmi berani meminang Ahok dengan banyaknya kasus yang menjerat pesakitan KPK ini.
“Kemungkinan ada (penurunan elektabilitas dan popularitas). Walaupun saya masih wait and see terkait perkembangan masalah dugaan suap pada reklamasi ini, belum kelihatan ujungnya,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari sebagaimana dikutip dari laman Kompas.com, Selasa (12/4/2016).
Awalnya Qodari berpikir isu suap ini akan memukul setiap lawan politiknya, termasuk bakal calon kuat dari Gerindra, M. Sanusi. Tapi, ternyata cukong Ahok pun ikut kena, yaitu Bos Agung Podomoro Group Ariesman Tanuwidjaja.
“Pernyataan Ahok soal Sunny juga berubah-ubah, jadi saya kira kasus reklamasi ini membuat warga mulai melihat Ahok dengan cara berbeda. Tadinya, jelas mana hitam dan putih, Ahok yang dipandang tegas dan putih bersih sekali. Sekarang, pandangan warga ke Ahok mulai abu-abu,” tambah Qodari.
Awalnya, Ahok menyebut Sunny sebagai anak magang, tetapi berubah menjadi staf khusus. Menurut dia, tidak mungkin anak magang dapat mengatur pertemuan gubernur dengan pengusaha kelas kakap. Biasanya, orang yang menjadi perantara itu adalah orang kepercayaan gubernur, dan tidak sembarang orang dapat memiliki peran tersebut.
“Saya masih wait and see perkembangan kasus ini, apakah ke arah DPRD yang akan menguatkan elektabilitas Ahok, atau mengarah ke Ahok yang membuat elektabilitasnya menurun, atau mengarah kepada kedua pihak yang membuat masyarakat Jakarta bingung,” kata Qodari.