SuaraJakarta.co, JAKARTA – Setelah terjadi simpang-siur kapan diumumkan pemberitaan kenaikan resmi harga BBM, akhirnya pada Senin (17/11) pukul 00.00, pemerintahan Jokowi resmi mengumumkan kenaikan harga BBM melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 34 Tahun 2014 Tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Bahan Bakar Jenis Tertentu.
Adapun kenaikan BBM Premium sebesar Rp. 2000, yaitu dari Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500/ liter , dan BBM Solar naik Rp. 2000, yaitu dari Rp. 5.500 menjadi Rp. 7.500 /liter
“Baru saja pemerintah telah memutuskan harga baru dari dua BBM, yaitu premium dan solar sebagai konsekuensi dari program pengalihan dari konsumtif ke produktif”, kata Menteri ESDM, Sudirman Said, di Istana Negara sebagaimana dikutip dari Detik Finance (17/11).
Namun demikian, kenaikan harga BBM tersebut, tidak sedikit menimbulkan kontra. Mulai dari kontra terhadap kenaikan harganya, sampai pada menyindir watak partai pendukung Jokowi, yaitu PDI-P, yang terlihat hipokrit (munafik).
Salah satu tokoh yang menyindir tersebut adalah Doktor Filsafat, Robertus Robet, yang menyasarkan sindirannya kepada PDI-P yang dinilai hipokrit terhadap kenaikan BBM. Sindiran tersebut disampaikan melalui akun personal Facebook nya sambil menggugah foto Puan Maharani yang sedang menunjukkan buku berjudul “Argumentasi PDI Perjuangan Menolak Kenaikan Harga BBM”
“Bukan kenaikannya yang kita keberatan, kita tau BBM mesti naik. (Tapi), hipokrisinya yang bikin mual”, tulis alumnus Doktoral dari STF Driyakarya yang juga Ketua Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) pada sekitar pukul 10.00 (18/11).
Atas upload foto dan komentar terhadap watak hipokritnya tersebut, pengajar Sosiologi Universitas Negeri Jakarta ini lebih banyak mendapat respon setuju daripada mengingkarinya
“Setuju, Pak. Sisi hipokrisinya waktu jadi oposisi paling keras menolak kenaikan BBM atas nama rakyat. Tapi, ketika ada di posisi pemerintah mereka juga melakukan hal yang sama dengan pemerintah terdahulu”, tulis Ismi Choi
“Setuju berat dengan Robertus Robert untuk yang ini. Ngeselin bener”, keluh Lepold Sudaryono. (ARB).