SuaraJakarta.co, JAKARTA – Remaja Islam Baitul Karim (RISBAK) gelar pelatihan “Menjadi Penulis Artikel/Buku Bersama Ust. A.M. Waskito”. Pelatihan dihelat di Masjid Baitul Karim, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (25/3/2013).
Mungkin bagi sebagian penggemar buku-buku Islam nusantara nama Abu Muhammad Waskito atau A. M. Waskito tidaklah asing. Beberapa bukunya yang sudah beredar kebanyakan membahas mengenai pergerakan atau organisasi (harakah) Islam dan beserta pernak-pernik pemikirannya.
Meski demikian, bukan berarti pelatihan menulis ini akan diarahkan sesuai kecenderungan menulis sang pemateri. Dalam prosesnya, selama pelatihan A.M. Waskito amat cair berbagi motivasi, pengalaman, pengetahuan, dan kiat-kiat praktis seputar dunia kepenulisan. Peserta pun banyak yang mengaku cukup puas dengan materi pelatihan sederhana namun mengena ini.
Secara garis besar, pemateri membagi materi pelatihan menjadi tiga bagian: motivasi menulis; bekal penulis; dan kiat praktis menulis. Dalam sesi motivasi menulis A.M. Waskito menggaris bawahi niat dan tujuan kita menulis. Juga dijelaskan mengapa menulis itu penting. Menurutnya, keadaan masyarakat kita yang belum bisa dikatakan sebagai masyarakat maju menjadi latar belakang pentingnya menulis. Sebagai seorang manusia Indonesia dan Muslim khususnya, amat tidak bijak jika kita tidak berbuat apa-apa demi melihat fakta ini.
“Masyarakat kita perlu diberdayakan”, kata A. M. Waskito
Dengan pemberdayaan inilah, kata A. M. Waskito, diharapkan mampu terbentuk masyarakat kuat dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Penyebaran ide, semangat, sekaligus pemberian tuntunan dalam rangka pemberdayaan inilah yang hendak dicapai melalui tulisan. Menurut A. M. Waskito, hal ini terbilang efektif karena ilmu sebagai muatan utama suatu tulisan adalah sumber utama pemberdayaan masyarakat.
Sesi kedua, A.M. Waskito memaparkan bekal apa yang mutlak harus disiapkan seorang penulis. “Bekal mendasar yang pertama ialah membulatkan niat dan mengokohkan minat. Sesuatu yang dilakukan dengan tanpa didasari niat dan minat berpotensi tak akan optimal hasilnya,” jelas A. M Wskito kepada semua peserta.
Selain itu, tambah A.M. Waskito, banyak membaca juga menjadi modal dasar penulis. Ia mengilustrasikan seperti koki perlu untuk mencicipi banyak makanan supaya lidahnya terlatih. Pun demikian dengan penulis. Naluri menulisnya harus terus diasah melalui kegiatan membaca banyak buku. Dengannya seorang penulis akan mudah menuangkan gagasannya memakai formula tulisannya sendiri.
Selanjutnya, banyak diskusi juga menjadi modal berharga penulis. Banyak manfaat bisa kita petik darinya. Penggalian ide, berpendapat, dan memahami etika berbeda pendapat adalah contoh manfaat aktivitas diskusi.
Saran A. M. Waskito, rasa percaya diri penulis juga penting dimiliki. Lalu, berusaha menjaga moralitas hendaknya tak dikesampingkan. Menurutnya, penulis dengan moral yang baik akan mampu berpikir dan bersikap lebih jernih dan kritis. Kemampuan analisis yang kuat dan meyakinkan juga diyakini amat erat hubungannya dengan aspek moralitas penulis. [SJ]