Jalur Sepeda Tanpa Sepeda, Kok Bisa?

SuaraJakarta.co, “APA yang tidak bisa di Jakarta, semuanya bisa dilakukan asalkan ada kemauan!” Pernyataan barusan bisa bermakna positif bahkan sebaliknya. Dalam konteks meraih harapan, Jakarta adalah ‘Big Apple’ versi Indonesia. Istilah Apel Besar yang akrab bagi warga New York – Amerika Serikat, juga bisa dikatakan mirip secara makna untuk menggambarkan kuatnya daya tarik Jakarta sebagai ibu kota negara.

Namun sebaliknya, pernyataan “APA yang tidak bisa di Jakarta, semuanya bisa dilakukan asalkan ada kemauan!” juga dapat bermakna negatif saat kita mengamati foto yang diambil pagi ini Rabu (03/10/12). Tampak dalam foto, jalur sepeda di bantaran Kanal Banjir Timur (KBT) dipenuhi sepeda motor, padahal rambu ‘jalur sepeda’ terpampang jelas di sepanjang jalan khusus sepeda yang tercatat memiliki jalur terpanjang di Jakarta.

Seperti dilansir media ibukota, Fauzi Bowo mengatakan bahwa total panjang jalur sepeda yang terbentang dari Marunda, Jakarta Utara hingga Cipinang, Jakarta Timur ini hampir mencapai 50 km.

“Sejak awal, tepian Kanal Banjir Timur dipersiapkan untuk lajur sepeda, kalau sudah selesai jalur sepeda ini memiliki panjang 23,5 kilometer atau hampir 50 kilometer dari Marunda sampai Cipinang,” ujar Fauzi Bowo saat disela-sela acara funbike HUT ke-485 Jakarta di Pintu Air Cakung, Jakarta Timur, Minggu (10/6/2012).

Melirik Pengembangan Jalur Sepeda di Amsterdam

Rasa iri hadir saat mengulik informasi tentang bagaimana kota-kota diluar negeri memperhatikan dengan serius pengembangan jalur sepeda di negaranya. Perhatian saya tertuju pada situs Virgin Vacations, dalam situs informasi pariwisata itu di-rilis informasi 11 kota di-dunia yang paling ramah dengan sepeda. Dan kota Amsterdam ada pada urutan pertama.

Disebutkan bahwa Amsterdam adalah salah satu kota yang sangat ramah sepeda, atau kota yang nyaman bagi para pengguna sepeda (cycle-friendly city). Predikat yang dikeluarkan oleh Virgin Vacations dengan rilis ‘11 Most Bicycle Friendly Cities in The World’ menempatkan ibukota Belanda ini sebagai kota ramah sepeda melebihi Kota Portland, Oregon dan Copenhagen, Denmark.

Menurut kajian yang dilakukan oleh Senior Advisor Sustainable Strategy Kota Amsterdam, Drs. Eveline Jonkhoff, pada tahun 2011, menyatakan bahwa 40% pergerakan lalu lintas yang ada di Kota Amsterdam diciptakan oleh sepeda, ditunjang dengan 90% jalur jalan yang aman bagi pengendara sepeda. Hal ini berdampak positif bagi warga Kota Amsterdam untuk menciptakan gaya hidup aktif dan sehat.

Pemerintah Amsterdam sangat mendukung pengembangan moda transportasi tidak bermotor (non-motorized modes of transport) untuk menyatakan kebijakan tersebut, mereka membangun secara serius jalur sepeda yang aman, nyaman, serta ter-integarasi dengan moda transportasi lain. Bahkan secara khusus juga dibangun fasilitasi penunjang bersepeda seperti tempat parkir (khusus) sepeda, tempat peminjaman sepeda publik, dan aturan hukum khusus untuk pe-sepeda. Berikut adalah beberapa hasil screen capture yang saya ambil dari hasil kajian Drs. Eveline Jonkhoff, 2011.

Terlihat dengan jelas keseriusan Pemerintah Amsterdam dalam mendukung pengembangan moda transportasi tidak bermotor-nya (non-motorized modes of transport). Dalam konteks ini saya sedang tidak membicarakan skala luas dan kompleksitas yang dialami oleh Jakarta. Karena memang tidak ‘apple to apple’ membandingkan kota Jakarta dengan Amsterdam.

Tapi menjadi penting untuk diketahui bersama, tentang bagaimana sebuah pemerintahan kota bisa serius dan konsisten melakukan pembangunan jalur sepeda sehingga menghadirkan dampak positif, yaitu budaya sehat bagi warga kotanya. Apakah Jakarta bisa? Sekali lagi saya akan gunakan kata pamungkas ini “APA yang tidak bisa di Jakarta, semuanya bisa dilakukan asalkan ada kemauan!”

Bagaimana gubernur baru? Anda siap menerima tantangan ini?

Related Articles

Latest Articles