Insiden Crane Jatuh, Bina Marga DKI Dinilai Lalai Mengawasi Pengerjaan Proyek

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Sebuah alat berat jenis crane di proyek jalan layang khusus bus transjakarta Ciledug-Blok M-Tendean (Koridor XIII), jatuh dan meimpa sebuah rumah milik pensiunan polisi, Irjen (purn) Roni Liwaha. Dari pantau Rakyat Merdeka (Sabtu, 11/10), mobil crane yang berusia 15 tahun tersebut berfungsi untuk mengangkat bagian-bagian beton guna dirangkai menjadi tiang.

Saat olah TKP ditemukan bahwa kejadian ini terjadi karena human error, yaitu terjadi saat mobil ingin dipindahkan dari koridor 13. Saat itu, kondisi jalan yang dilintasi mobil crane tidak rata, sehingga membuat miring hingga 45 derajat dan membuat belalainya jatuh ke rumah Roni.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga meminta Dinas Bina Marga DKI melakukan investigasi atas jatuhnya crane tersebut. Menurutnya, Bina Marga DKI tidak serta merta lepas tanggung jawab dengan menyalahkan pelaksana dan konsultan pengawas proyek, “Jadi, Pemprov yang berkewajiban memastika, apakah terjadi kelalaian, apakah crane sudah tidak layak, atau murni kecelakaan,” tanya Nirwono sebagaimana dikutip dari Harian Rakyat Merdeka, Sabtu (11/10)

“Meski Bina Marga sudah menunjuk konsultan pengawas, bukan berarti mereka tidak melakukan pengawasan rutin. Kalau Bina Marga tidak aktif melakukan pengawasan kepada pihak pelaksanan dan pengawas, itu artinya Bina Marga lalai,” tegas Nirwono.

Alumnus Jurusan Arsitektur Lansekap tahun 1987 ini juga menambahkan sistem pengerjaan proyek di Indonesia sudah saatnya mengikuti negara maju, tidak lagi mengikuti ritme kerja kantoran, yaitu mulai 8 pagi selesai jam 5 sore.

“Cara kerja seperti itu membahayakan masyarakat yang ada di sekitar lokasi proyek. Kita kan tidak tahu, alat berat akan berjatuhan ke aman. Coba kalau crane yang di Taman Puring itu robohnya pas lalu lintas padat. Bisa jatuh banyak korban,” jelasnya.

Dia berharap pengerjaan proyek, khususnya di Jakarta, dapat meniru seperti yang ada di Singapura, Melbourne, dan Tokyo, yaitu mulai dari jam 10 malam hingga 5 pagi. “Kalau perlu main keroyok.. Pagi hari saat warga mulai beraktivitas, pengerjaan sudah dihentikan, dan alat berat sudah dimatikan. Jadi, resiko kecelakaannya lebih kecil,” tegas Nirwono

 

Related Articles

Latest Articles