SuaraJakarta.co, ACEH – Temuan sementara PAHAM Indonesia Cabang Aceh menyimpulkan bahwa para pengungsi yang terdampar di Aceh Utara adalah korban traficking. Hal ini dikatakan oleh Direktur PAHAM Cabang Aceh, Basri Effendi setelah melakukan wawancara dengan beberapa pengungsi.
“Tidak semuanya orang rohingya, sebagian besar malah dari Bangladesh. Mereka ini memang terusir dari negaranya, namun pergerakan mereka ini dikoordinasi oleh tekong. Bisa dikatakan mereka ini merupakan korban traficking. Seperti Tahvin dari Bangla, dia adalah simpatisan jamaah el islami yang sedang berseberangan dengan pemerintah Bangladesh”
Hasil temuan PAHAM Cabang Aceh, kelompok ini berjumlah 586 orang sebanyak 350 orang itu berasal dari Bangladesh selebihnya adalah orang rohingya.
“Mereka mengaku dikoordinir jaringan traficking intenasional, diiming-imingi akan dapat kehidupan yang lebih enak di Malaysia atau Australia. Dua nama yang sempat disebut yaitu Hasyim dan Musa, kaki tangannyalah yang kemudian memfasilitasi mereka untuk melakukan perjalanan”, papar Basri Efendi.
Menurut keterangan para pengungsi, perjalanan laut yang mereka tempuh telah banyak memakan korban.
“Sebelum terdampar ke Aceh, mereka ini sudah terkatung-katung selama 4 bulan di laut. Selama itu, kurang lebih sebanyak 100 orang telah meninggal dunia. Ini kan sangat memprihatinkan kita semua.” terang pegiat dari PAHAM Indonesia tersebut.
Basri menjelaskan bahwa selama ini jenazah para korban yang meninggal langsung dibuat ke laut.