SuaraJakarta.co, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2016 mencapai 5,2 persen, tumbuh lebih besar dibandingkan tahun 2015 yang hanya 4,88 persen.
Menanggapi hal tersebut, peneliti muda Center For Information and Development Studies (CIDES), Fikri Ismail mengatakan, meski masih dibawah harapan pemerintah, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik jika dibandingkan dengan Negara-negara yang memiliki struktur ekonomi yang sama.
“Walaupun Vietnam mampu tumbuh 6,8 persen, Filipina 6 persen, tapi saya kira kurang adil jika membandingkan itu dengan Negara kita, struktur ekonominya berbeda, mereka fokus di manufacturing. Tapi jika mengacu dengan Negara sesama produsen Sumber Daya Alam seperti Brazil, Afrika Selatan, Malaysia atau Nigeria kita masih lebih baik,” kata Fikri dalam pernyataan resminya, Kamis (9/2).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada diatas 5 persen merupakan capaian yang cukup baik mengingat adanya pemotongan anggaran 2016 dan ekonomi global yang masih mengalami prlambatan. Namun di sisi lain, ia juga menyayangkan anjlokmya pertumbuhan di sektor industri yang menjadi motor penyerapan tenaga kerja selama ini.
“Di banding dengan sektor yang lain, sektor industri adalah yang paling mengkhawatirkan mengingat sektor ini pekat akan penyerapan tenaga kerja. Sektor Industri turun di angka 4,29 persen, padahal di tahun sebelumnya mencapai 4,33 persen. Ini tentu sangat disayangkan justru ketika konsumsi di banyak Negara sedang mengalami pertumbuhan,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa ekonomi 2016 perlu diapresiasi karena tumbuh lebih berimbang dengan penurunan kesenjangan dan rendahnya tingkat inflasi.
“Setidaknya kita bisa lebih optimis, rasio gini kita terendah sejak 2011, turun hingga 0,39, menandakan pemerataan lebih baik, dan rata-rata inflasi tahun lalu juga cukup terjaga di angka 3,53 persen. Tentu ini perlu diapresiasi,” pungkasnya.