PIK 2: Antara Kemewahan, Peluang Ekonomi, dan Harapan Masa Depan

SuaraJakarta.Co – Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 kini bukan sekadar kawasan elit yang identik dengan properti mewah, tetapi juga telah menjelma menjadi simbol pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Seiring dengan semakin berkembangnya kawasan ini, perhatian publik terhadap dampaknya pun semakin besar, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan.

Hasil survei yang dilakukan Panel Survei Indonesia (PSI) menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat memberikan dukungan terhadap pembangunan PIK 2. Survei yang melibatkan 1.580 responden ini menemukan bahwa lebih dari 80% masyarakat menilai proyek ini berdampak positif bagi ekonomi lokal.

Salah satu dampak paling nyata dari pengembangan PIK 2 adalah terbukanya ribuan lapangan kerja baru. Menurut data yang dirilis PSI, sejak tahun 2021 hingga 2024, proyek ini telah menyerap lebih dari 163.000 tenaga kerja, mencakup sektor konstruksi, kuliner, ritel, hingga industri kreatif.

“Dulu saya hanya bekerja sebagai buruh harian, tapi sejak ada PIK 2, saya bisa bekerja sebagai barista di salah satu kafe. Pendapatan lebih stabil, dan saya punya harapan lebih baik untuk masa depan,” kata Fahmi (29), warga Tangerang yang kini bekerja di PIK 2.

Tak hanya itu, keberadaan proyek ini juga menjadi peluang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari hasil survei PSI, 83,4% responden percaya bahwa PIK 2 telah membuka peluang baru bagi UMKM, terutama di sektor pariwisata, kuliner, dan ekonomi kreatif.

Banyak pelaku usaha yang merasakan dampak positif ini. Salah satunya adalah Nina (35), pemilik usaha makanan ringan yang kini memiliki kios di PIK 2. “Dulu saya hanya menjual makanan di rumah, sekarang dengan adanya tempat usaha di PIK 2, omzet saya meningkat hingga dua kali lipat,” ujarnya.

Selain memberikan dampak ekonomi, PIK 2 juga semakin dikenal sebagai destinasi wisata dan pusat gaya hidup modern. Berdasarkan survei PSI, 88,4% responden menyebut PIK 2 sebagai kawasan wisata yang aman, nyaman, dan modern.

Kawasan ini menawarkan berbagai daya tarik, mulai dari pantai buatan, restoran dengan konsep unik, hingga pusat perbelanjaan dan hiburan. Keindahan sunset di PIK 2 bahkan kerap disebut sebagai “Bali mini di pinggiran Jakarta” oleh pengunjung yang datang.

Tak hanya itu, kawasan ini juga menjadi tempat favorit bagi pencinta gaya hidup sehat. Banyak masyarakat yang memanfaatkan area ini untuk bersepeda, jogging, atau sekadar bersantai di taman terbuka hijau.

“PIK 2 bukan hanya tempat tinggal mewah, tetapi juga punya banyak fasilitas yang bisa dinikmati semua orang. Saya sering datang ke sini untuk olahraga dan menikmati suasana pantainya,” kata Rina (27), seorang pengunjung asal Jakarta.

Meski banyak mendapat dukungan, proyek besar seperti PIK 2 tentu tidak luput dari perhatian terkait dampak lingkungan. Namun, dalam survei PSI, 79,4% responden meyakini bahwa PIK 2 bisa menjadi contoh pembangunan kota yang ramah lingkungan.

Pengembang proyek, Agung Sedayu Group, mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan, seperti menambah ruang hijau, memperbaiki kawasan yang terdampak abrasi, serta membangun fasilitas publik yang berkelanjutan.

“Kami berkomitmen untuk tidak hanya membangun kawasan yang modern, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan agar PIK 2 bisa menjadi contoh pengembangan kota yang lebih hijau,” ujar salah satu perwakilan pengembang.

Dengan berbagai aspek yang menyertainya, PIK 2 telah berkembang menjadi lebih dari sekadar kawasan hunian mewah. Ia kini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, destinasi wisata, dan contoh pengembangan kota modern yang berkelanjutan.

Dukungan masyarakat yang tinggi terhadap proyek ini menunjukkan bahwa banyak yang melihat PIK 2 sebagai peluang besar untuk masa depan ekonomi dan sosial. Namun, keberlanjutannya tetap harus didukung oleh sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat agar dampak positifnya bisa terus dirasakan dalam jangka panjang.

 

Related Articles

Latest Articles