Indonesia Jadi Contoh Program Transfer Teknologi ASEAN

SuaraJakarta.co, TANGERANG – Indonesia menjadi contoh program transfer teknologi bagi negara-negara ASEAN yang tergabung dalam program PIT-ASEAN (Promoting Innovation and Technology-ASEAN). MITI ditunjuk sebagai representatif Technology Transfer Office (TTO) di Indonesia bekerjasama dengan Steinbeis Transfer Center Jerman yang dikunjungi oleh Pemerintah Jerman dan perwakilan negara-negara ASEAN. Kunjungan yang dilakukan di MITI Headquarter Alam Sutera, Rabu (11/03), memperlihatkan proses transfer teknologi yang telah dilakukan oleh MITI terhadap pengembangan riset kanker di Pusat Riset C-Tech Labs Edwar Technology kepada para delegasi.

Salah satu permasalahan yang membelit kemajuan teknologi di Indonesia adalah belum menyebarnya hasil penelitian kepada masyarakat secara optimal. Padahal, teknologi yang telah dihasilkan dapat menjadi potensi untuk menyejahterakan rakyat. Banyak pihak belum menyadari bahwa banyak produk berteknologi yang dihasilkan industri di Indonesia hanya sekadar rakitan produk teknologi luar. Padahal, dari segi kemampuan, ilmuwan dan teknolog Indonesia memiliki kapabilitas. Tak sedikit di antara mereka yang tersohor menjadi tokoh berkelas dunia.

MITI merupakan lembaga yang bergerak dalam pemanfaatan teknologi untuk kebutuhan masyarakat. Tugas utama MITI ialah menjembatani hasil riset yang dilakukan oleh para ilmuwan dan teknolog agar dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan dan menyejahteraan rakyat. Dalam upaya tersebut, MITI melakukan kerjasama dengen Steinbeis. Steinbeis adalah lembaga independen di Jerman yang telah lebih dari tiga puluh tahun berkompeten menangani transfer teknologi. Steinbeis telah memiliki jaringan di banyak negara, termasuk Malaysia, Jepang, India, dan negara-negara lain di seluruh dunia.

Kunjungan yang dilakukan untuk melihat aktivitas proses transfer teknologi yang dilakukan oleh MITI ini merupakan bagian dari acara Networking Event PIT-ASEAN yang diadakan di Hotel Grand Mercure, Jakarta. Acara ini diadakan oleh GFA Consulting Group Jerman sebagi lembaga konsultan yang ditunjuk oleh GIZ (Deutsche Gesellscahft Fuer Internationale Zusammenarbeit) dalam program PPS (Pilot Project Scheme) ASEAN. PPS-ASEAN merupakan bagian dari rentetan kegiatan PIT yang dilakukan oleh GIZ dalam upaya mempromosikan sistem inovasi nasional. PPS-ASEAN didesain untuk memberikan hibah kepada negara-negara ASEAN yang memiliki ide dan gagasan tentang pengembangan inovasi dan teknologi melalui aplikasi proposal yang diajukan kepada GFA Consulting Group.

BACA JUGA  Telkomsel Luncurkan Rangkaian Program CSR 2017

MITI menjadi salah satu penerima program hibah untuk membangun Technology Transfer Office (TTO) di Indonesia bekerjasama dengan Steinbeis Transfer Center Jerman. Kunjungan yang dihadiri oleh 35 peserta dari Sekretarian ASEAN, perwakilan para penerima hibah dari negara-negara ASEAN, GIZ Jerman, GFA Consulting Group, Steinbeis Transfer Center, BMBF, BMZ, Kadin Indonesia, Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia, perwakilan perusahaan swasta, dan para pakar inovasi dan teknologi dari Jerman yang tergabung dalam lembaga lembaga konsultasi pemerintah dan swasta. Peserta dari negara-negara ASEAN akan diajak untuk belajar proses transfer teknologi yang dilakukan MITI di Indonesia.

Dalam kunjungan ini, perwakilan dari negara-negara ASEAN diajak untuk mengetahui aktivitas riset dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh C-Tech LabsEdwar Technology, salah satu perusahaan yang diinkubasi oleh MITI. MITI memperlihatkan kesinambungan antara riset yang dikembangkan bersama pihak swasta dan universitas serta proses penerapan di masyarakat. Peserta dikenalkan dengan teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) dan Electrical Capacitive Cancer Therapy (ECCT), sebuah alat pemindai 4D dan terapi pembasmi sel kanker yang dikembangkan oleh peneliti-peneliti Indonesia.

Proyek kerjasama ASEAN-Jerman dalam mempromosikan inovasi dan teknologi di negara ASEAN ini bertujuan untuk membuat inovasi dan teknologi menjadi lebih berguna untuk bisnis, terutama untuk UMKM. Tujuan ini sejalan dengan visi dan misi MITI. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah Skema Proyek Percontohan (Pilot Project Scheme/PPS) yang diluncurkan oleh PIT pada akhir 2014. PPS membantu organisasi publik dan swasta untuk mengembangkan dan menguji pendekatan baru dan alat untuk inovasi & promosi teknologi melalui proyek percontohan. Pada akhirnya, hal ini harus mengarah pada keterlibatan yang lebih tinggi dan manfaat bagi bisnis, termasuk UKM. Selain itu, PIT melakukan serangkaian acara untuk menyediakan forum untuk pertukaran regional di ASEAN antara organisasi yang bekerja pada Proyek Percontohan, tetapi juga termasuk pembuat kebijakan dan perwakilan sektor swasta.

BACA JUGA  Layanan Broadband Telkomsel Siap Layani Pelanggan Saat Ramadhan dan Lebaran

Sebelumnya, Kepala Deputi Pemberdayaan Industri dan Sektor Privat MITI, Dr. Ir. Sri Harjanto (Assoc. Prof.), mengatakan bahwa masih sedikit keseuaian antara kebutuhan industri dengan hasil-hasil riset yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan teknolog. “Saat ini para peneliti terutama yang berasal dari perguruan tinggi melakukan penelitian lebih berorientasi pada keinginan untuk menemukan atau meciptakan teknologi dan membuat publikasi ilmiah, belum sepenuhnya berorientasi pada kebutuhan industri dan masyarakat,” jelas Harjanto Harjanto yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Teknik Matalurgi dan Material FTUI ini juga menambahkan bahwa Technology Transfer Office MITI di Indonesia mengusung konsep budaya lokal.

Technology Transfer Office MITI ini akan membantu para peneliti dan industri menyamakan persepsi kebutuhan dan mengembangkan R&D di Indonesia. “MITI memiliki banyak jaringan peneliti dan industri baik di dalam maupun luar negeri. Di dalam negeri saja, MITI memiliki anggota lebih dari 300 ilmuwan dan teknolog di berbagai bidang. Potensi pengembangan industri dari dalam negeri tentu akan menjadi lebih kuat dengan kemampuan ilmuwan dan teknolog dalam negeri ini,” ungkap Harjanto.

“Komersialisasi teknologi hasil riset merupakan kunci utama kemajuan Indonesia tanpa tergantung perkembangan politik,” ucap Dr. Warsito P. Taruno, Ketua Umum MITI dalam sambutannya. Harapan di masa yang akan datang teknologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan dan teknolog di Indonesia tidak hanya menjadi pajangan atau bahkan terbengkalai di laboratorium. Teknologi yang dikembangkan tentunya harus mempunyai nilai guna. (DWH)

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles