Tidak ingin Berbagi Penyakit

SuaraJakarta.co, Jakarta – BERBAGI merupakan salah satu bentuk sosial kepada sesama. Namun, bagaimana jika berbagi penyakit? “Mau rokok Dik?” tawar seorang bapak sambil menjulurkan sebungkus rokok kretek kepada saya yang duduk bersebelahan dengannya. “Tidak Pak, terima kasih. Saya tidak merokok” jawab saya.

Seringkah Anda ditawari (dibagi) rokok oleh seseorang? Atau bahkan Anda yang berbagi rokok dengan yang lain?

Rokok, silinder bertembakau ini sudah bukan barang asing lagi bagi kita. Di mana-mana tak kenal pagi, siang mau pun malam, sering melihat pemandangan orang yang asyik menghisap silinder ini. Bahkan di tempat yang ada aturan larangan merokok pun masih banyak kita lihat kepulan-kepulan asap rokok dari penggunanya.

“Sejak kapan Bapak mulai merokok?” tanya saya pada pria separuh baya berbaju polo shirt di samping saya tadi.

BACA JUGA  Kisah Pecandu Rokok Yang Sukses

“Sudah lama dik, kira-kira sejak SMA” jawabnya dengan enteng sambil mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya.

Rokok, tak kenal usia. Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Karena masa-masa itu merupakan masa labil, mudah dipengaruhi. Menurut Joemana (2004) ada beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok yaitu untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive).

Namun terlepas dari itu, bahaya rokok lebih besar dari pada nikmat sesaatnya. Telah banyak riset yang menyebutkan bahwa merokok menyebabkan penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran dan emfisema. Bahkan menghisap asap rokok orang lain lebih berbahaya 3 kali lipat dari penghisap rokok. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif).

BACA JUGA  ESSAY: Dinamisasi Ragam Warna-Warni Wayang

Nah, wahai para perokok aktif, berhentilah dan janganlah berbagi penyakit dengan kami! Karena saya tidak ingin berbagi itu dengan mu…

 

Achmad Yudha Pangestu |  Penulis adalah Peserta Akademi Jurnalis – Suara Jakarta.co

Referensi : Sini

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles