Orang Miskin Yang Dermawan

Suarajakarta.co, FILANTROPI – Islam mengajarkan keutamaan akhlak bagi pemeluknya. Setiap muslim, hendaklah menjadi manusia yang berguna bagi yang lain. Rasulullah saw diutus oleh Allah swt adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Oleh karena itu, pelajaran tentang akhlak dalam Islam menjadi cabang ilmu tersendiri yang sangat luas dan menghiasi seluruh bidang kehidupan manusia.

Mengenai akhlak Rasulullah saw, bukan hanya manusia yang memujinya. Tapi Allah swt sebagai Pencipta alam raya ini, telah menyatakannya melalui firman Nya, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung,” (QS Al-Qalam[68]: 4).

Michael Hart mencantumkan nama Rasulullah saw dalam urutan pertama 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia, lantaran kagum dengan akhlak beliau. Rasulullah saw tidak saja berhasil mendidik diri, keluarga dan umatnya tetapi beliau juga mampu melestarikan kekuatan teladan itu dalam setiap nadi generasi para pengikutnya. Sebelum menasehati orang lain, jauh-jauh hari beliau selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Beliau selalu mengedepankan prinsip ‘ibda binafsika, mulailah dengan dirimu.

Dr. Aidh Abdullah Al Qarni dalam bukunya ‘Al Quran Berjalan‘ setebal 399 menyimpulkan : “Kesuksesan luar biasa besar yang ditorehkan Rasulullah saw tidak terlepas dari kisah sukses beliau dalam memerankan diri sebagai sosok manusia yang berakhlak mulia. Akhlak inilah yang mengawali tugas-tugas mulia yang dibebankan Allah kepadanya.“

Salah satu diantara sekian akhlak mulia adalah sifat dermawan. Menurut kamus bahasa indonesia, dermawan diartikan sebagai pemurah hati atau orang yang suka berderma (beramal dan bersedekah), sedangkan menurut istilah dermawan bisa diartikan memberikan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan dengan senang hati tanpa keterpaksaan dan ikhlas (tanpa adanya imbalan).

Dermawan memiliki keutamaan dalam Islam. Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “…Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang di atas itu yang memberi dan tangan yang di bawah itu yang meminta,” (HR Bukhari Muslim).

Mungkin kalau kita membaca kisah orang-orang kaya yang dermawan, maka dalam benak kita wajar saja mereka dermawan karena banyak uang. Tapi dalam Islam, memberi tidak hanya dianjurkan ketika seseorang itu lapang atau punya uang. Ketika dalam kondisi sempit pun, seseorang itu dianjurkan untuk memberi.

Perhatikan firman Allah swt, “Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) Orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dalam keadaan lapang maupun sempit…,” (QS Ali Imran 133-134).

Ternyata, kita dapat mengetahui, bahwa banyak orang yang terhitung tidak mampu dalam hal harta, tapi mereka mendermakan hartanya dalam kesempitan.

Dikisahkan bahwa AbduLlah bin Ja’far keluar dan menuju ke pekarangan. Dia turun dari kudanya lalu memasuki kebun seorang tuan tanah. Di dalam kebun itu terdapat seorang budak hitam yang usianya masih remaja. Budak itu bekerja dengan giat seolah-olah tidak mengenal lelah. Ketika waktu makan tiba, seorang suruhan tuannya membawakan makanan kepadanya lalu pulang. Belum sampai ia menyentuh makanan, ada seekor anjing liar masuk kebun dan mendekati budak itu. Budak itu memandangnya sejenak lalu melemparkan makanan itu kepada anjing dan anjing pun segera melahapnya. Dai melempar lagi dan terus melempar hingga jatah makannya habis dimakan anjing.

AbduLlah memperhatikan dengan seksama, kemudian dia mendekati budak itu. “Wahai anak muda, berapa kali sehari engkau dikirimi makanan oleh tuanmu?” tanya AbduLlah. “Apa yang ingin engkau lihat?”
“Mengapa engkau mengutamakan anjing ini?”
“Ini memang bukan bumi anjing, akan tetapi dia datang dari tempat yang sangat jauh. Dai tentu sangat lapar,dan saya tidak suka menolaknya”.
“Apakah engkau melakukannya setiap hari ?”
“Saya kosongkan perutku dan melipatnya pada hari ini”. Budak itu bermaksud mengatakan bahwa ia sangat lapar.
“Betapa dermawannya budak ini, dia lebih dermawan dari pada saya”. Kata AbduLlah dalam hati. Dia kemudian pergi menuju majikan budak itu, membeli kebun beserta budaknya dan peralatan di dalamnya, lalu memerdekakan budak tersebut sekaligus memberikan kebun itu kepadanya.

Dikisahkan pada masa kehidupan salafus soleh, ada seorang pria mendatangi kawannya lalu megetuk pintunya dan tuan rumah pun keluar seraya bertanya, “Untuk apa engkau mendatangiku?”
“Untuk 400 dirham yang engkau hutangkan kepadaku”. Maksudnya ia bermaksud berhutang kepada tuan rumah. Tuan rumah pun kemudian masuk, mengambil uang sejumlah yang dibutuhkan tamunya, dan memberikan kepadanya. Setelah tamunya pulang, dai menangis. Isterinya heran melihat sikap suaminya. “Apakah engkau merasa keberatan dengan memenuhi permintaan tamu itu ” tanya isterinya. “Aku menangis karena aku sampai tidak mengetahui keadaannya sehingga dia datang untuk mengutarakan hajatnya kepadaku”.
Mutarrif bin Asy-Syakhir berkata, “Jika salah seorang dari kalian membutuhkan sesuatu kepada saya, maka sampaikanlah secara tertulis. Karena saya tidak suka melihat hinanya kebutuhan di wajahnya.”
Dan mereka (kaum Anshar) mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu) (QS Al-Hasyr 9)

Dan ternyata, kebiasaan memberi atau berderma itu bukan hanya milik kaum muslimin saja. Semua manusia bisa saja memiliki sifat dermawan. Inilah para dermawan yang lahir bukan dari kalangan kaya.

Albert Lexie – Tukang Semir Sepatu

Adalah Albert Lexie. Beliau adalah seorang tukang semir sepatu di Monessen, Pennsylvania. Lexie mendadak menjadi seorang yang terkenal karena donasinya untuk amal. Lexie bekerja di Rumah sakit anak Beliau menyumbangkan uang sebesar US$ 200.000 (kurang lebih sepertiga dari pendapatannya, selama Beliau hidup).

Chen Shu Chu – Tukang Sayur

Chen Shu Chu adalah seorang tukang sayur di Taitung sebelah timur dari Taiwan. Ketika Beliau masih kecil, ibunya meninggal karena suatu penyakit dan keluarganya tidak dapat membiayai pengobatan. Tahun 1969 adik paling kecilnya meninggal karena suatu penyakit. Chen Shu Chu kecil bekerja membantu ayahnya berjualan sayuran di pasar. Pada tahun 1997 Beliau mendonasikan uang sebesar TWD$ 1 juta untuk SD Jen-Ai. Tujuan utama sumbangannya adalah membantu anak-anak miskin untuk mendapatkan pendidikan, meskipun dirinya sendiri tidak mengenyam pendidikan karena kemiskinan. Beliau kemudian menyumbangkan TWD$ 4,5 juta untuk sekolah yang sama, guna membangun perpustakaan. Dalam 10 tahun terakhir Shu-chu mengadopsi tiga orang anak dan mendonasikan TWD$ 36.000 setiap tahunnya. Menurut wikipedia TWD$ 100 setara dengan US$ 3.00 (jadi total uang yang disumbangkan oleh Shu Chu adalah USD 165.000 ditambah USD 1080 setiap tahunnya).

Chao Wen Cheng – Tukang Sapu

Chao When Cheng adalah seorang pekerja paruh waktu di Ta Yi Iron. Beliau hidup dalam kemiskinan dengan jumlah tanggungan 8 orang. Pada saat umur 35 tahun Ayah dari 5 orang anak ini mulai mendonasikan pendapatannya untuk amal. Salah satunya Beliau tergabung dalam organisasi Tzu Chi. Beliau juga menghabiskan waktunya setelah bekerja untuk mengumpulkan kaleng-kaleng, botol dan barang-barang lain yang dapat didaur ulang. Jika ditotal dana yang disumbangkan When Cheng selama beberapa dekade mencapai USD 135.000.

Bai Fang Li – Tukang Becak

Bai Fang Li adalah seorang dermawan yang terinspirasi dari seorang anak. Suatu ketika Beliau bertemu dengan anak kecil yang kurus kering, berdiri di pasar untuk membantu mengangkat barang belanjaan ibu-ibu. Bai Fang Li mengamati anak tersebut dan bertanya. Singkat cerita anak tersebut adalah anak yatim piatu dan anak tersebut harus bekerja seperti itu untuk membantu adik-adiknya. Hati Fang Li tergerak untuk membantu anak tersebut. Anak tersebut dan adik-adiknya dititipkan ke sebuah yayasan dan Fang Li berjanji akan mengantarkan uang untuk makan anak-anak tersebut. Walaupun Fang Li hidup dalam kemiskinan, namun beliau dapat menjadi seorang dermawan. Total uang yang dikumpulkan Fang Li sekitar CNY 350.000 (jika dikurskan 1 CNY = Rp 1.300, maka total dana yang telah disumbangkan adalah Rp 455 juta).

Penulis: Husni Mutaqin

Related Articles

Latest Articles