Kepemimpinan Profetik Ala Rasulullah

SuaraJakarta.co – “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya” (HR. Abu Dawud dan Abu Hurairah)

Hadits tersebut memiliki konteks bahwa kita memiliki kewajiban untuk memilih pemimpin dalam sebuah urusan. Pada hadist di atas, diceritakan kewajiban memilih pemimpin ketika hendak bepergian. Apabila kita elaborasi untuk hal yang lebih besar seperti kehidupan berbangsa dan bernegara tentu kewajiban tersebut tetap melekat karena sifat kehidupan berbangsa dan bernegara lebih kompleks.
Tak dapat dipungkiri bahwa sosok Rasulullah SAW merupakan sosok yang paling sempurna yang bisa kita jadikan panutan. Banyak sekali kisah yang bisa ditarik dari Sirah Rasulullah di berbagai aspek kehidupan, baik itu kehidupan pribadi, rumah tangga, ekonomi, juga politik.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Allah mengajarkan kepada manusia tentang siapa yang berhak kita jadikan patokan dan suri tauladan. Dalam konteks pemilihan pemimpin maka tak lain dan tak bukan, tentu Rasulullah SAW yang akan kita jadikan patokan. Lalu apa dan bagaimana sifat dan patokan itu?

Rasulullah dikenal dengan keempat sifat yang melekat dan dapat kita jadikan prasyarat dalam memilih pemimpin. Keempat sifat tersebut adalah:

Shiddiq : Berkata Jujur dan Benar

Dalam konteks pencarian pemimpin, sifat shiddiq ini bisa kita jadikan acuan. Pertanyaannya kemudian adalah Bagaimana? Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah mencari rekam jejak calon pemimpin kita. Apa saja prestasi yang telah diukir? Apakah ada indikasi tindak pidana korupsi? Apakah pernah ia berjanji namun tak ditepati? Dan berbagai rekam jejak yang lain.

Amanah (Bisa Dipercaya)

Sifat ini harus melekat bagi seorang calon pemimpin. Bagaimana mungkin kita memilih pemimpin yang tidak amanah untuk mengemban segala kewajibannya. Tentu kita tidak ingin kehancuran terjadi seperti diceritakan oleh Rasulullah.

Tabligh (Mampu Berkomunikasi)

Kemampuan berkomunikasi ini sangat penting dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Kemampuan mengartikulasikan visi dan memastikan keberjalanan visi tersebut. Kemampuan untuk mengajak rakyat yang dipimpinnya menuju kehidupan yang lebih baik.

Selain itu, salah satu faktor penting lainnya adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing. Kemampuan ini begitu penting mengingat dewasa ini sekat-sekat antarnegara tidak lagi terlihat.

Fathonah (Cerdas)

Tak dapat dipungkiri, masalah bangsa sudah begitu kompleks. Faktor pemimpin memainkan peran penting dalam membawa Bangsa menuju lebih baik. Pemimpin yang mampu, tidak saja menyelesaikan masalah pelik tetapi mengajak rakyat untuk bekerja bersama-sama menyelesaikan setiap permasalahan yang ada.

Tidak hanya seorang pemimpin yang cerdas yang mampu berfikir cepat dan tepat, tetapi juga pemimpin yang mampu mempersuasi rakyat untuk bergerak bersama-sama menghadapi persoalan. Seorang pemimpin yang cerdas saja niscaya akan gagal apabila ia tidak mampu mengkomunikasikan dan mengajak rakyat untuk menjalankan ide-ide dan visi besar yang dimiliki. Wallahu’alam

Penulis: Ir. Solehudin Murpi, Former HRD at PT Darma Henwa Tbk dan Alumni Program Studi Teknik Industri

Related Articles

Latest Articles