Antara BBM, USD dan Emas

suara-jakarta-spbu-dampak-kenaikan-harga-bbm-subsidi-premium6
Ilustrasi.
SuaraJakarta.co, JAKARTA – Harga minyak dunia turun di titik terendah, harga BBM di Indonesia naik ke titik tertinggi. Minyak di SPBU asing turun, di SPBU lokal subsidi dicabut dan masyarakat harus membeli premium dan solar lebih mahal. Dollar juga tak tertolong, terus meluncur melemah terhadap USD. Yang jadi pertanyaan banyak investor adalah imbas harga BBM terhadap harga emas, entah naik atau turun. Bagaimana pengaruhya? Apakah ada hubungannya?

Imbas kenaikan BBM sendiri telah dirasakan masyarakat luas bahkan sebelum kenaikan harga benar-benar diumumkan. Harga sembako telah naik sekitar 2% sebelum kenaikan. Inflasi berikutnya terjadi setelah BBM dinaikkan, pengamat mengatakan harga-harga naik 2,2% lagi. Total 9%. Lalu kemudian gelombang ketiga kenaikan harga kebutuhan pokok, masih menurut pengamat, akan terjadi saat akhir tahun 2014 dimana belanja masyarakat meningkat sebelum liburan. Subsidi untuk premium dan solar adalah menyasar level ekonomi menengah di level paling bawah, pengguna angkot, motor dan transportasi massal pengangkut kebutuhan pokok. Wajar imbas kepada harga sembako begitu terasa, berbeda dengan ketika kenaikan harga untuk BBM non subsidi (pertamax, pertamax plus) terjadi. Sementara mereka jugalah yang ditargetkan menjadi penerima dana bantuan sosial. Dengan alasan apapun dan dilihat dari kacamata apapun, keputusan menaikkan harga BBM jelas menambah beban masyakarat menjadi berlipat-lipat.

Mari kita kembali ke hubungan harga BBM dan harga emas. Harus diketahui, geliat yang sifatnya lokal, semisal belanja emas nasional, tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate), inflasi dan deflasi biasanya tak terlalu berpengaruh pada gerak harga emas lokal. Bahkan tingkat belanja emas retail lokal pun, karena jumlah konsumsi emas dalam negeri Indonesia relatif kecil, tak mampu menggerakan harga emas lokal, apalagi mempengaruhi harga emas global.

Jadi tak ada pengaruh langsung antara harga BBM dengan gerak harga emas. Karena harga emas dibentuk oleh permintaan dan penawaran internasional. Supply & demand ini dibentuk faktor riil/ fisik permintaan dan penawaran produksi fisik serta konsumsi emas maupun sentimen negara, orang dan investor besar. Sentimen dengan tingkat pengaruh besar misalnya adalah apa yang terjadi di AS, Eropa, Cina. Termasuk juga suplai minyak bumi yang sangat dipengaruhi konstelasi hankam dan politik di wilayah Timur Tengah.

Jika mencari hubungan antara pengaruh harga BBM dengan harga emas, maka kita harus lihat efek lebih luas terkait isyu BBM dengan, misalnya, pelemahan Rupiah terhadap USD. Apa yang terjadi saat ini dimana Rp melemah signifikan sebetulnya efek dari penguatan USD secara global. Dampaknya adalah emas naik dalam Rp karena penakarnya adalah USD seperti yang terjadi pekan lalu, meski secara riil harga emas sedang melemah. Hiruk pikuk yang mengkhawatirkan justru jika harga BBM memicu pelemahan daya beli masyarakat, pengangguran meningkat, demonstrasi meluas, investor asing lari dari Indonesia, ditambah BI rate naik yang melemahkan sektor riil (diperkirakan naik menjadi 7%), maka Rp akan terperosok lebih dalam.

Yang perlu kita catat adalah naiknya harga BBM membebani masyarakat. Ditambah melemahnya USD juga memberatkan dunia industri. Jika melemahnya USD dilihat dari sisi bisa menguatkan daya saing produk ekspor (karena barang ekspor Indonesia bisa dibeli dengan lebih murah di luar negeri), maka bisa dibilang ini positif. Yang memberatkan justru dunia usaha harus membeli barang modal impor dalam alat bayar mata uang asing, yang mana makin mahal dengan melemahnya rupiah yang terjadi sekarang. Belum lagi jika dunia usaha memiliki hutang dalam bentuk USD maka jumlah yang harus dibayar untuk melunasinya bisa berlipat-lipat.

Jika Rupiah melemah tak terkendali, bisa saja emas naik signifikan seperti kejadian 1997-1998 saat emas naik 2x lipat hanya dalam hitungan hari. Kita tentu tak berharap hal ekstrim seperti ini terjadi.

Penulis: @endykurniawan – Trainer, coach dan penulis bidang Bisnis, Investasi dan Keuangan. Pendiri dan pemilik Salama Mitra Investa, pemegang brand @salma_dinar distributor emas logam mulia nasional

Related Articles

Latest Articles