Memberi Ruh Pada Berita (Bagian 2)

Memberi Ruh Pada Berita (2 dari 2)
oleh: Farid Gaban

BOKS 1: JANGAN PUNYA BELAS KASIHAN
UNTUK menghindari berpanjang lebar, penulis harus mempersoalkan setiap bagian materi yang dipakai, sebelum dan sesudah tulisan dikerjakan. Lihat pada laporan yang dibuat reporter maupun bahan yang Anda kumpulkan sendiri. Periksa setiap potong informasi, untuk mengetahui apakah itu cukup relevan, cukup punya hubungan yang jelas, dengan pokok persoalan. Bila tidak relevan atau tidak membantu Anda mencapai sasaran pokok, yaitu bercerita secara efektif, singkirkan atau coret saja, sehingga nanti tidak akan mengganggu. Jangan punya belas kasihan: bila materi tidak relevan, buang!

Setelah Anda menulis, perhatikan setiap blok materi yang Anda pakai. Apakah masih ada hubungan yang jelas dengan fokus cerita? Kalaupun relevan, apakah ia menambahkan sesuatu yang berharga dalam usaha Anda bercerita? Bila tidak, erase saja karena hal itu hanya akan mengurangi efektifitas penulisan Anda.

BOKS 2: TULISAN DESKRIPTIF VS TELEVISI
Dalam beberapa hal, televisi menang terhadap media cetak karena ia bisa meng-gambarkan bentuk fisik orang atau sesuatu barang dengan jelas di layar kaca. Pirsawan bisa menangkap dan menilai tokoh di TV, sedangkan pembaca koran harus mempunyai gambaran dari kata-kata yang tercetak (atau lewat potret kalau ada), yang bisa me-nunjukkan tokoh dalam cerita. Tapi, dalam beberapa hal, penulis yang baik bisa mengubah kelemahan media cetak ini menjadi kemenangan. Yakni, dengan penulisan deskriptif.

Gambaran yang ditangkap ka-mera hanya dangkal dan satu dimensi. Kelemahan TV adalah bahwa ia sangat terikat waktu yang sangat berharga, sehingga reporter TV jarang bisa memperoleh gambaran yang mendalam. Dan kalaupun waktu cukup tersedia untuk film dokumenter, katakanlah 1/2 jam, kehadiran kamera TV akan mengurangi suasana yang wajar dan realistis.

Kamera TV bisa menangkap gambaran yang baik pada feature yang menampilkan wajah orang, tapi penulis yang trampil bisa membuat feature lebih menarik dan memberikan gambaran sesungguhnya tentang tokoh masyarakat pada saat ia tidak disorot lampu TV. Yang lebih penting, penulis feature bisa memberikan gambaran tentang tabiat, gaya, le-wat pengamatan yang terlatih baik, dan menekankan karakteristik orang, yang menye-babkan kita memperoleh pandangan ke dalam watak dan personalitas tokohnya.

Penulis feature tidak hanya memberikan pembacanya gambaran satu dimensi, tapi ke-seluruhan personalitas dan juga citra seseorang tokoh. Atau, bila menyangkut ”barang”, misalnya gambaran setelah ada musibah atau massa yang bersuka-ria, penulis bisa menampilkan mood (suasana).

BOKS 3: MEMILIH DAN MENULIS KUTIPAN
Kutipan adalah cara yang paling indah untuk menyajikan cerita dalam kerangka yang ma- nusiawi. Dan kutipan hanya akan bagus jika:

  • Menggambarkan aktivitas secara lebih lebih hidup atau lebih tepat daripada yang bisa digambarkan dengan cara lain.
  • Menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan oleh pembaca.
  • Berusaha memberikan gambaran sekilas tentang pribadi pembicara.
  • Untuk memberikan citarasa kesegaran dan kredibilitas pada sebuah cerita.

Untuk menentukan apakah Anda akan mengutip langsung atau t idak, inilah pedomannya:

  1. Apakah kutipan itu kata-katanya tidak berantakan, ringkas dan jelas? Bila jawab-annya tidak, Anda harus memakai kalimat tidak langsung.
  2. Apakah kutipan langsung itu akan memperkuat efek, memperjelas siapa yang bi-cara, atau menambah kesan sebagai pendapat dari orang yang memang layak di-kutip? Bila jawabannya ya, pakailah kalimat kutipan langsung.
  3. Apakah cerita yang mengawalinya cenderung untuk under-quote? Bila jawaban-nya ya, pakailah kutipan langsung. Bila over-quote, pakailah bentuk kutipan tidak langsung.

Kadang-kadang pilihannya malah lebih sulit. Yakni bila hanya sedikit bagian kutipan yang dapat diangkat, yakni bagian kecil yang sangat bagus. Bila demikian halnya, baiklah kita memakai bentuk kutipan tidak langsung untuk menuliskan sebagian besar ucapan si subyek, dan baru kita pakai tanda kutipan langsung pada bagian yang menarik perhatian itu:
Walikota mengutuk Komisi Pelayanan Masyarakat yang cara kerjanya ”tolol dan brengsek” dalam menjalankan petunjuk-petunjuk DPRD.

Kadang-kadang kutipan yang bagus bisa lemah karena ditulis terlalu panjang:
”Karena sikap warga yang tidak kooperatif, selalu mengganggu kami dengan keluhan kecil-kecil, seperti gong-gongan anjing, radio stereo yang berisik, anak-anak yang ribut, perkelahian pribadi, kucing hilang, bau yang tidak enak dari pabrik, saya mengundurkan diri,” kata Ketua RT itu.

Pak Ketua RT itu terlalu berkepanjangan, sehingga wartawan bisa memilih begini:
”Karena sikap warga yang tidak kooperatif, yang selalu mengganggu kami dengan keluhan kecil- kecil… saya mengundurkan diri,” kata Ketua RT itu.

Dalam bagian atas sudah kita bicara perlunya alinea pendek. Tapi kadang-kadang, sebuah kutipan yang bagus memerlukan tempat panjang. Nah, seorang penulis yang baik akan membagi kutipan itu menjadi beberapa alinea.

”Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat. Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa membayar sewa. Pemilik rumah meng-usir kami, meskipun sebelumnya kami tidak pernah menunggak pembayaran. Kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan,” kata Abdul Gafur.

Bila penulis memutuskan memakai kutipan itu supaya efektif, ia harus memotongnya menjadi paling tidak dua alinea. Ini bisa dilakukan dengan tidak menutup kutipan pada akhir satu aliena dan menambahkan tanda kutip pada awal alinea berikutnya:

”Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat,” kata Abdul Gafur. ”Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak pernah menunggak pembayaran.

”Saya mencoba kemudian untuk pergi ke Kantor Jawatan Sosial, tapi mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena saya menolak tawaran pekerjaan di luar kota. Saya tidak ada pilihan lain karena saya tidak punya uang untuk ongkos bis.

”Maka, selama 2 minggu terakhir ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan.”
Anda perhatikan bahwa penyebutan nama hanya sekali pada awal alinea karena kutipan masih berlanjut.

Dalam hal-hal lain, bila ada kutipan baru, nama yang dikutip harus disebutkan lagi:
”Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat,” kata Abdul Gafur. ”Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak pernah menunggak pembayaran.”

Untuk meneruskan cerita itu setelah pengecekan secukupnya, penulis mencampur kutipan langsung dan kutipan tidak langsung:
Pertama:
Mudjono, kepala bagian di tempat Abdul Gafur bekerja di Koperasi Pertanian Meguwo, mengatakan bahwa Gafur dipecat setelah terbukti menggelapkan uang pupuk. Gafur membantah tuduhan itu. Yang empunya rumah tempat Gafur tinggal, Cecep Suganda, membantah kata-kata Gafur, bahwa ia selalu membayar sebelumnya. Menurut Cecep, Gafur belum membayar 4 bulan.

Kedua:
”Saya mencoba ke Kantor Jawatan Sosial, tetapi mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena saya menolak tawaran pekerjaan di luar kota. Saya tidak ada pilihan lain, karena tidak punya uang untuk ongkos bis,” kata Gafur.

Sri Sukatni seorang petugas di Kantor Jawatan Sosial, mengatakan bahwa Gafur menolak tiga tawaran pekerjaan, termasuk di sebuah toko, 2 km jauhnya dari jembatan tempat tinggalnya kini.

Ketiga:
”Maka, selama dalam dua minggu terakhir ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan,” kata Gafur.
Di kampung Jambe, Kelurahan Karangkobar, Nyi Fatimah, ibu Gafur, tinggal dalam sebuah rumah yang punya 4 kamar.

Para tetangga mengatakan bahwa Gafur dan isterinya menyusup ke rumah ibunya segera setelah matahari tenggelam dan tinggal di sana sampai matahari terbit.

OVER ATAU UNDER QUOTE?
Dalam menulis kutipan, banyak problem teknis yang dihadapi. Kebanyakan penulis muda cenderung terlalu banyak mengutip (over-quote) atau terlalu sedikit mengutip (under-quote).
Dalam over-quoting, penulis hanya sekadar menyusun kutipan, seraya kadang-kadang menysipkan kata penyambung.

Cara pengutipan seperti ini sering tidak bisa diterima. Sedikit orang yang menggunakan kata- kata secara ringkas dalam percakapan. Sebagai penulis, wartawan harus mampu menyampaikan pesan itu dengan lebih jelas dan ringkas dengan cara membuat menjadi kalimat kutipan tak langsung.
Over-quoting juga menghancurkan salah satu tujuan baik dalam pengutipan: mengha-puskan kejemuan karena gaya yang sama. Dengan over-quoting, penulis hanya meng-ganti gaya monoton dirinya dengan gaya monoton seorang lain.

Unverquoting juga merusak. Banyak penulis baru yang tidak yakin akan kemampuannya mengambil kutipan, sehingga ia selalu membuat kutipan tidak langsung. Cara ini juga menghilangkan tujuan baik pengutipan.

BOKS 4: AKURASI, KUNCI KREDIBILITAS
Informasi yang penting adalah informasi yang akurat dan jelas.
Penulis dan pembaca mempunyai keperluan yang berbeda, namun bisa bekerjasama. Pe-nulis tak ada artinya tanpa pembaca, dan pembaca masuk dalam sebuah cerita dengan harapan besar bisa memahami semuanya.

Tanggung jawab yang terbesar terletak pada penulis. Jika penulis mengkhianati harapan pembaca dengan membuat sejumlah kesalahan atau kekurang-tepatan, dia merusak ker-jasama yang telah terbentuk.
Ketidak-akuratan biasanya disebabkan karena kecerobohan, kemalasan, penipuan atau ketidakpedulian reporter dalam menuliskan hasil reportasenya.

Pengecekan ulang sebelum kita menulis, membaca kembali dengan hati-hati dan mengeceknya kembali setelah kita menulis adalah benteng terbaik terhadap ketidak-akuratan.

MENGUJI AKURASI
Berikut ini adalah elemen-elemen utama dalam mencermati sebuah fakta atau detil.

Jangan menebak
Penulis harus memegang betul apa saja yang diketahui dan apa saja yang dimengerti. Jika kita tidak benar-benar memahami, cek kembali hal itu atau tinggalkan sama sekali. Jangan pernah mengira-kira.

Angka
Ceklah dua kali semua angka dan jumlah. Sebuah angka seringkali tak memiliki makna, kecuali diletakkan pada konteks yang mudah dipahami pembaca. Angka tentang omset penjualan misalnya, tak punya makna jika tak disertai omset penjualan tahun lalu, berapa prosentase kenaikan atau penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.

Angka juga seringkali lebih bermakna jika disertai penjelasan yang menyentuh pembaca:

  • Seberapa jauh melampaui standar pencemaran udara?
  • Seberapa mahal dibanding APBN Indonesia tahun ini atau dibanding harga mobil Kijang yang rata-rata dimiliki pembaca?
  • Seberapa luas dibanding lapangan sepakbola? Dengan kata lain, angka yang ada sebaiknya disertai ekuivalennya yang mudah diserap pembaca. Ukuran-ukuran juga sebaiknya dikonversikan ke ukuran yang lazim dipakai pembaca: km bukan mil, rupiah bukan dolar, meter bukan kaki, kg bukan pound.
  • Jika Anda tak menghitung sendiri, sebutkan dari mana angka itu dikutip — dari sumber atau dari buku statistik, misalnya.

Nama, Tanggal dan Tempat
Tak ada orang yang suka namanya ditulis secara salah. Usahakan untuk meminta sumber berita mengeja sendiri nama sekaligus gelar dan nama panggilannya. Lihat di buku rujukan yang terpercaya, misalnya buku apa siapa atau ensiklopedi. Jangan percaya ha-nya pada leaflet atau selebaran atau omongan teman Anda.

Catatan penting tentang nama sumber: sebagian besar nama orang Indonesia terdiri atas dua kata (kecuali Soeharto misalnya). Cantumkan nama lengkap ketika pertama kali Anda menyebutnya dalam laporan. Pada saat kita menulis tentang tanggal, lihatlah kalender lebih dahulu. Ketika menulis tentang tempat, lihatlah kembali peta.
Jika mungkin, milikilah sebuah buku pintar, infopedi, tabel konversi, kalender dan peta kecil. Letakkan pada tempat yang mudah dijangkau, sehingga tak enggan kita untuk mengecek sesuatu fakta.

Kutipan
Apakah sesuatu kutipan benar-benar seperti yang dikatakan oleh sumber? Apakah catatan kita benar dan kita berani mempertahankan sampai di meja pengadilan? Jika tidak, sebaiknya dijelaskan dengan kata-kata kita sendiri saja.

Terburu-buru
Kata-kata yang sering digunakan sebagai permintaan maaf atas beberapa kesalahan adalah: ”Saya tidak punya waktu untuk mengeceknya kembali”. Alasan yang tidak bisa diterima.

Cerita Bohong
Sangat jarang penerbitan yang tidak memasukkan hal ini ke dalam beritanya. Keragu-raguan adalah perlindungan yang terbaik. Jika sebuah cerita atau kenyataan seolah-olah sangat aneh atau menakjubkan untuk dipercaya, jangan percaya hal itu sebelum ada pembuktiannya.

Kesalahan Teknis
Perhatian yang istimewa sangat dibutuhkan pada tulisan khusus seperti ilmu penge-tahuan, hukum, kedokteran, teknik, keuangan dan sejenisnya. Sediakan waktu untuk me-nelitinya, dan kemudian ceklah kembali informasi yang kita peroleh melalui pakar yang dapat dipercaya pada bidang tersebut.

Rekayasa
Manipulasi, perubahan konteks, distorsi, pemaparan yang salah, sindiran, kebencian, gosip, kabar angin dan melebih-lebihkan. Semua itu sangat tinggi ongkosnya, sementara hasilnya sangat rendah. [JurnalistikNet]

Related Articles

Latest Articles