Memberi Ruh Pada Berita (1 dari 2)
Oleh: Farid Gaban
TUGAS seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dila-porkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah ke-gagalan seorang penulis. Dan karena informasi dan gagasan seringkali beku dan tanpa jiwa, menjadi tugas seorang penulis pula untuk mencairkan, mengemas, dan menyajikan informasi itu menjadi sajian penuh vitalitas (vigorous) serta elok (graceful) sehingga mampu menggaet dan me-melihara minat pembaca untuk menyerap seluruh informasi yang disampaikan.
ELEMEN KEJELASAN
Singkat
Tulisan yang jelas umumnya bukan tulisan yang panjang lebar, melainkan justru ringkas dan terfokus. Ingat Hemingway? ”Less is more!” Tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas. Tanpa kata mubazir da-lam kalimatnya dan tanpa kalimat mubazir dalam alenianya. Tulisan yang ringkas tak ubahnya seperti lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang tak berfungsi).
Tulisan yang jelas dimulai dari pembuatan kalimat yang sederhana, ringkas dan tepat makna. Kuncinya: baca laporan dan amati sesuatu sejelas-jelasnya kemudian ceritakan kembali secara sederhana. Dan pilihlah satu angle:
- Dengan cermat memilih angle cerita sehingga penulis dengan mudah bisa mengelola bahan yang diperlukan untuk mengutarakan cerita itu.
- Pegang teguhlah angle cerita itu dengan menghapuskan bagian yang tidak berhubungan langsung dengan angle-nya atau pun tidak membantu mencapai sasaran
Langsung, Tepat Sasaran
Tulislah ringkas menuju pengertian yang dimaksud. Pilih kata/kalimat yang spesifik untuk mewakili pengertian yang mengena (tanpa memberi peluang pada banyak interpretasi). Meluruskan apa saja yang berliku-liku. Menggergaji yang bergerigi. Berperang melawan kekaburan dan segala sesuatu yang mendua. Statemen yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis.
Organisasi
Mulailah sebuah tulisan secara kuat, untuk memikat pembaca memasukinya. (Lihat ba-gian lain tentang lead). Jika mungkin, gunakan gaya bahasa naratif — gaya seorang pen-dongeng yang piawai — sebagai pendekatan dasar. Selesai menuliskan sebuah paragraf, pikirkan apa yang pembaca ingin ketahui pada alinea berikutnya; dan buatlah transisi serta keterkaitan antar alenia secara mulus. Cobalah untuk selalu menjaga konsistensi te-ma dalam keseluruhan cerita. Dan seperti dibuka dengan kuat, tutup juga cerita dengan tegas, tanpa membiarkan kejanggalan dan ending yang melambai.
Spesifik
Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan con-toh : seorang untuk mewakili kelompoknya. Dengan memberikan pengkhususan, sering-kali juga menghadirkan suasana dramatis dan hidup. (”Kematian 10.000 orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,” kata Joseph Stalin).
Paralel
Jika Anda menulis sebuah topik yang padat, gambarkan melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca. Strategi militer misalnya dapat diterangkan melalui formasi per-tandingan olahraga, rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran keluarga.
APA ITU RUH CERITA?
Manusia
Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang sampah. Begitu pula dengan tulisan.
Pembaca suka membaca tentang manusia lainnya. Mereka kurang berminat pada isu dan gagasan ketimbang pada pribadi-pribadi. Jika kita bisa menampilkan sebuah wajah pada kisah rumit yang jarang diikuti pembaca, mereka akan terpikat membacanya dan mem-peroleh informasi.
Tempat
Pembaca menyukai sense of place. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup jika kita bisa menyusupkan sense of place yang kuat. Misalnya: seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan itu, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukan?
Indera
Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat, dan juga — dalam kontek yang tepat — membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan mengalami.
Irama
Tulisan yang monoton bisa dibantu dengan perubahan irama di dalam teks. Anekdot, ku-tipan, sebuah dialog pendek atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di aman pem-baca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup.
Warna dan Mood
Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan mudah, sehingga mereka ha-rus berusaha keras untuk melukis dalam pikiran pembaca. Warna meliputi: citarasa, su-ara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu saja sesuatu yang dapat dilihat: gerakan usapan, detil pakaian, rupa, perasaan. Warna bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan to-talitas dari sebuah pemandangan.
Dalam menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Sering hal semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap cerita ketimbang bagian lain yang Anda tulis.
Anekdot
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alenia — ”cerita dalam cerita”. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi – na-rasi, karakterisasi, dialog, suasana — untuk mengajak pembaca melihat cerita secara on the spot.
Anekdot sering dipandang sebagai ”permata” dalam cerita. Penulis yang piawai akan me- naburkan permata itu di seluruh bagian cerita, bukan mengonggokkannya di satu tempat.
Humor
Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat Anda sepanjang hari. Dan buatlah mereka menanti tulisan Anda esok harinya. Tapi hati-hati dengan humor yang tak bercita-rasa.
Panjang Pendek
Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alenia dan kalimat harus bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alenia pendek pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.
Kutipan
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain selain penuturan si penulis.
Dialog
Perangkat ini jarang digunakan dalam koran atau majalah berita. Tapi, bisa menjadi wa-hana yang efektif untuk menghidupkan cerita. Dalam meliput sebuah sidang pengadilan, misalnya, atau mendiskusikan permainan dengan para atlet olahraga tertentu, kita bisa menghidupkan cerita dengan membiarkan pembaca mendengarkan para partisipan ber-bicara satu sama lain.
Sudut Pandang
Kita bisa membuat sebuah cerita biasa menjadi hidup dengan mengubah sudut pandang. Cobalah untuk melihat inflasi misalnya, dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari harus mengatur anggaran keluarga.
Identifikasi
Sebuah tulisan akan lebih hidup jika pembaca merasa dilibatkan dalam cerita dan mem-buat mereka mengerti mengapa sebuah masalah bermanfaat untuk mereka ketahui. Se-cara insidental, pembaca paling mudah mengidentifikasikan diri jika cerita ditulis dalam bentuk orang ketiga — cara kebanyakan fiksi ditulis.
Bertutur
Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik. Memiliki suara. Kita bi-sa menghidupkan cerita yang membosankan dengan menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada seorang pembaca — dengan bahasa dan ungkapan ke-seharian yang kita pakai untuk berbicara.
Kata Kerja
Kata kerja adalah mesin yang mendorong berjalannya sebuah cerita. Tulisan yang buruk bisa dihidupkan dengan mengaktifkan kata kerja pasif, menyederhanakan kata kerja kom-pleks, dan memperkuat kata kerja lembek. Kita harus senantiasa merasa gagal ketika menggunakan adverb atau kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. ”Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,” kata pu-jangga Prancis Voltaire. [JurnalistikNet]