Niujie: Jejak Dakwah Islam di Negeri Tirai Bambu

“Asyhadu allaa Ilaaha illa Allah. Wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah..”, tenang namun pasti, Zhongwen menyebutkan kalimat persaksian itu, dituntun oleh sang Imam masjid. Resmilah sejak
saat itu ia menjadi seorang muslim. Resmi pula boleh menginjakkan kaki di dalam masjid itu, tak lagi hanya bisa memandangi dari luar.

Penggalan sinopsis film “Assalamualaikum Beijing” di atas mengingatkan kita akan masjid tempat berlangsungnya pembacaan syahadat itu, serta lokasi pengambilan gambarnya. Masjid Niujie, saksi bisu masuk Islamnya puluhan penduduk Beijing setiap tahunnya. Ada lebih dari 200 ribu muslim di Beijing. Dan 13 ribu di antaranya bermukim di kawasan muslim tempat masjid ini berada.

Masjid Tertua di Cina

Para ahli sejarah memperkirakan, Islam masuk ke daratan Cina saat khalifah Ustman bin Affan mengirimkan ekspedisi dagang ke sana. Ekspedisi itu dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash, melalui jalur sutra
sejauh 7000 kilometer. Ini terjadi pada sekitar abad ke-5. Sa’ad kemudia menetap di sana, maka mulailah Islam berkembang di daratan Cina. Masjid Niujie dibangun pada masa Dinasti Liao (916-1125), yaitu tepatnya tahun 996 M oleh dua orang berkebangsaan Arab. Ini adalah masjid yang pertama kali dibangun di Beijing.

Tentara Mongol menghancurkan bangunan ini saat masa perang pada tahun 1215. Dinasti Ming kemudian membangunnya lagi pada 1443, lalu diperluas pada masa Dinasti Qing dua abad kemudian. Penduduk muslim terus mengkoloni di sekitar masjid ini pada masa Dinasti Qing, sehingga pasar di sekitarnya pun terkenal sebagai pasar daging sapi dan kambing. Karena itulah jalan lokasi masjid ini diberi nama Jalan Sapi atau dalam bahasa Cina disebut Niujie, Niu berarti sapi, Jie berarti jalan. Sejatinya, masjid ini oleh Kaisar Ceng Hwa diberi nama Lǐbàisì pada tahun 1474.

Sejak daratan Cina berganti bentuk menjadi Republik, masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi, yaitu pada tahun 1955, 1979 dan 1996.

Area Niujie adalah kompleks muslim karena banyak toko, hotel atau rumah makan muslim, sehingga bagi yang khawatir kehalalan berbagai makanan khas China disini bisa bebas bereskperimen wisata kuliner. Di area ini juga terdapat Niujie Muslim Supermarket yang juga menyediakan oleh-oleh cemilan khas negeri China.

Perpaduan Arsitektur Tiongkok dan Arab

Masjid ini memiliki luas 7000 meter persegi, dengan gaya bangunan khas Cina. Dilihat dari jauh, masjid ini sangat berbeda dengan masjid yang ada di Indonesia, perbedaan tampak pada kubah masjid yang berbentuk segi enam, dengan atap genteng berwarna hijau.

Bangunan ini selain sebagai tempat beribadah juga sebagai tempat wisata. Interior dari bangunan ini sangat unik, umumnya tempat-tempat peribadatan kaum Tionghoa dihiasi dengan ornamen-ornamen dan relief seperti relief naga, patung, dan jenis makhluk hidup lain. Namun di sini tidak tampak ornamen hewan atau manusia yang menempel di dinding maupun atap masjid. Justru banyak kaligrafi tulisan arab yang menghiasi dindingnya. Kaligrafi tersebut ditulis dengan gaya khas Tiongkok, dengan model dan warna yang unik. Warnanya bervariasi, namun mayoritas adalah kuning cerah.

Pada pintu masuk masjid ini dihiasi dengan dinding yang berlapis marmer putih mengkilap. Lantai ruang utama masjid terbuat dari marmer putih, dengan luas 1600 meter persegi. Ruang ini adalah area ibadah sholat, sehingga hanya pengunjung muslim yang diperbolehkan memasukinya. Di dalamnya terdapat sebuah mimbar yang berwarna kuning, dengan gaya arsitektur Arab-Cina.

Dalam areal masjid terdapat pula sebuah menara setinggi 33 meter beralaskan marmer, dan beratap emas. Menara Pengamat Bulan ini digunakan untuk melihat hilal untuk penetapan awal Ramadhan, Syawal
dan Idul Adha. Tak hanya itu, menara ini juga digunakan sebagai alat penyeru ketika azan dikumandangkan.

Masjid ini selain memuaskan mata anda dengan keunikan gaya arsitektur Tiongkok, namun juga dapat menambah wawasan kita tentang islam. Tak ada salahnya jika anda mampir ke masjid ini jika berkunjung ke Beijing. Jika anda seorang muslim Anda dapat beribadah di sini sambil bernostalgia dengan masa kejayaan Islam era Khalifah Ustman bin Affan, serta berwisata kuliner halal sepuasnya di lingkungan sekitar masjid. Atau bagi anda yang non muslim, anda juga dapat menikmati keindahan bangunan masjid ini, namun disarankan agar menggunakan pakaian yang sopan. Masjid ini dibuka untuk wisata mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore waktu setempat.

*Penulis: Salkamal Tan.
Editor: Sari Kusuma.

Related Articles

Latest Articles