Kupenuhi Penggilan-Mu, ya Allah

SuaraJakarta.co – Berangkat haji merupakan impian semua umat muslim. Meski haji sebenarnya adalah suatu ibadah yang merupakan rukun islam, akan tetapi seringkali kita menyebut haji sebagai sebuah ‘panggilan’ dari Allah swt. Seakan-akan orang yang berangkat haji adalah ‘pilihan’ yang dipanggil oleh Allah swt, dan tak semua orang bisa mendapatkan panggilan tersebut. Benarkah anggapan tersebut?

Mengenai hal ini, layaklah kita mentadabburi isi kalimat talbiyah yang merupakan kalimat yang wajib dilafadzkan jamaah haji selama menunaikan ibadah haji. Kalimat tersebut adalah labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulka laa syariikalak. Arti dari kalimat ini adalah ‘Kupenuhi panggilanMu ya Allah, tak ada sekutu bagiMu, sesungguhnya semua pujian dan nikmat serta kekuasaan adalah milikMu, taka da sekutu bagiMu’

Kalimat yang terus diulang-ulang ini dilafadzkan oleh semua umat muslim dari berbagai penjuru tanpa perbedaan. Seakan-akan mereka mengungkapkan kebahagiaannya dalam memenuhi panggilan Rabb-nya. Selain itu, kalimat talbiyah ini pun berisi pentauhidan kepada Allah dengan sebenar-benarnya keyakinan (perhatikan, kalimat laa syariikalak diulang dua kali). Kemudian, dalam kalimat ini pun jamaah haji mengungkapkan bahwa seluruh nikmat dan kekuasaan adalah milik Allah semata, memperkuat makna kesyukuran jamaah haji yang telah mampu berziarah ke Baitullah.

Nah, pertanyaannya apakah ungkapan tauhid hanya bisa diungkapkan saat beribadah haji? Tentu tidak. Dalam setiap ibadah pun sebenarnya kita sedang mentauhidkan namaNya. Lalu, apakah kita bisa mengucapkan kalimat talbiyah ini pada ibadah lain? Ini pun tidak. Karena, talbiyah adalah kalimat ‘khusus’ yang hanya disyariatkan pada pelaksanaan ibadah haji. Dengan demikian, makna dibalik kalimat talbiyah ini seolah menjelaskan bahwa melaksanakan haji adalah itikad seorang hamba untuk memenuhi panggilan berhaji dari Allah swt. Dengan berhaji, seorang muslim seolah telah melengkapi keseluruhan rukun ibadah, mengungkapkan kesyukuran yang final dan mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya.

Lalu, soal ungkapan bahwa ibadah haji adalah panggilan terkhusus dari Allah bagi sebagian hambaNya saja, apakah ini benar? Wallahu a’lam bishawab. Karena sebenarnya, seluruh aktivitas yang bisa kita lakukan hakikatnya adalah berkat kehendak Allah. Namun, dengan berupaya keras menunaikan haji, bukankah kita telah ‘memenuhi’ panggilan Allah yang sangat mulia? Lalu, mengapa tidak kita tunaikan?

image

Related Articles

Latest Articles