SuaraJakarta.co, JAKARTA – Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa neraca perdagangan Indonesia pada September 2015 mengantongi surplus sebesar USD 1,02 miliar, namun hal tersebut bukan karena kinerja ekspor yang meningkat, melainkan karena kinerja impor yang melemah. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Kepala BPS Suryamin sebagaimana dikutip dari Harian Seputar Indonesia, Jumat (16/10).
“Neraca perdagangan pada September 2015 surplus USD 1,02 miliar. Pada 2015 memang surplus sejak Januari, tapi sejak awal tahun kinerja ekspor-impor cenderung menurun,”kata Suryamin.
Dikutip dari Harian Republika (16/10), Suryamin merinci nilai ekspor Indonesia pada Desember 2015 ini tercatata 12,53 miliar dolar AS, sedangkan impor mencapat 11,51 miliar dolar AS. BPS mencatat bahwa nilai ekspor selama September 2015 mencapai USD 12,5 miliar atau turun sebesar 17,98 % dari nilai ekspor pada bulan yang sama di tahun sebelumnya (yoy) sebesar USD 15,27 miliar. Sementara, jika dibandingkan pada Bulan Agustus 2015, penurunan ekspor terjadi sebesar 1,55 % yaitu pada besara USD 12,72 miliar.
Di sisi lain, impor September 2015 pun juga turun 7,16 persen terhadap posisi di Bulan Agustus 2015. Jika dibandingkan dengan 2014 (yoy), maka terjadi penurunan sebesa 25,95 persen.
Menanggapi hal ini, Menko Perekonomian mengakui tidak puas dengan surplus USD 1,02 miliar yang lebih disebabkan karena menurunnya impor yang tajam bukan karena peningkatan kinerja ekspor.
“Tetap ada berita baiknya, tetap belum cukup. Bisa dibilang cukup kalau surplus terjadi karena ekspornya naik,”ujar Suryamin.
Sebagaimana diketahui, ekspor yang mengalami penurunan paling tajam berasal dari sektor non-migas yang terjadi pada mesin-mesin atau pesawat mekanik, yaitu sebesar USD 98 juta atau 18,18 %. Secara keseluruhan penurunan ekspor non-migas jika dibandingkan dengan September 2014 (yoy) turun sebesar 12,45% (USD 12,65 miliar) dan jika dibandingkan dengan Agustus 2015, kinerja ekspor menurun sebesar 1,06 % (USD 11,19 miliar).
Meskipun demikian, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro tetap menilai surplus tersebut memiliki dampak posisif. Meskipun, surplus tersebut lebih disebabkan karena drastisnya penurunan impor,bukan peningkatan ekspor.
“Surplus nerasa perdagangan akan sangat membantu mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD),”jelas Bambang.