SuaraJakarta.co – Angin pagi berhembus mengenai pipiku ketika ku buka pintu rumahku. Sekumpulan burung gereja terbang hinggap ke sana ke mari melintasi rumahku. Ayam-ayam berkokok satu sama lain seperti berebut ingin memberi sapaan selamat pagi kepada kami yang telah bangun dari alam mimpi. Teringat bahwa hari ini adalah hari minggu, dimana setiap orang ingin memanjakan tubuhnya setelah mengahadapi runtinitas yang melelahkan. Ada yang masih terlelap sampai siang, ada yang bangun pagi untuk sekedar menyehatkan badan, dan ada pula yang pergi untuk mengais rezeki tak ada kata libur yang ada hanya berfikir bagaimana caranya untuk bertahan hidup lebih lama. Aku adalah salah satu dari yang bangun pagi dan berniat untuk berlari-lari kecil di sekitar rumahku. Terfikir olehku untuk bermain bulutangkis karena olahraga ini yang paling aku sukai dari kecil. Kupanggil temanku karena olahrahga bulutangkis ini memerlukan lawan untuk bermain.
Olahraga bulutangkis atau yang biasa kita sebut badminton terdiri dari pemberi dan penerima. Bulutangkis dimainkan oleh dua orang (tunggal) atau dua pasangan yang berlawanan (ganda). Olahraga bulutangkis memerlukan raket, senar, kok, dan net. Apabila salah satu alat itu dihilangkan, olahraga bulutangkis ini tidak akan berjalan secara maksimal. Olahraga bulutangkis membentuk Persatuan Bulutangkis Indonesia pada tanggal 5 Mei 1951. Kejuaraan pertama yang berhasil diraih oleh Indonesia adalah Thomas Cup, lambang supremasi dunia bulutangkis.
Kesuksesan olahraga bulutangkis Indonesia tidak berhenti pada kejuaraan Thomas Cup saja, Indonesia pernah menjuarai dan berprestasi pada kejuaraan duinia, Piala Thomas dan Uber, Sea Games, Asian Games, Kejuaran All England, serta pesta besar olahraga. Indonesia pernah mencetak atlit-atlit terbaik bahkan banyak atlit dikenal oleh negara-negara internasional, seperti Rudi Hartono, Susi Susanti, Alan Budikusuma, dan Taufik Hidayat dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan-satu persatu. Dari olimpiade pada tahun 1992, 1996, 2000, 2004, dan 2008 Indonesia meyumbangkan satu medali emas. Perkembangan olahraga bulutangkis Indonesia semakin lama semakin menurun, nyatanya pada tahun 2012 Indonesia tidak berhasil membawa pulang emas.
Mengutip dari website olahraga.metrotvnews.com mantan pemain bulutangkis Rexy mengatakan, Dari era saya ke Taufik Hidayat sempat tidak diperhatikan regenerasinya. Jadi saat ini kepengurusan lebih ditekankan untuk membina pemain-pemain muda. Harapan saya dengan apa yang kami lakukan hari ini, 2-3 tahun lagi bulu tangkis Indonesia bisa berjaya seperti masa lalu. Apa yang diharapkan mantan pemain bulutangkis Rexy sama halnya dengan penikmat olahraga bulutangkis, bahkan bangsa Indonesia juga sangat mengharapkan bangunnya ‘macan yang sedang tertidur’ ini untuk bangkit kembali merebut apa yang telah lama diinginkan dan diimpikan yaitu menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia dalam olahraga cabang bulutangkis. Semoga pemain-pemain muda yang baru saja terjun dalam kejuaraan-kejuaraan nasional maupun internasional menyadari menurunnya prestasi olahraga ini sehingga mereka akan terus termotivasi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia seperti pada era dahulu.
Masyarakat penikmat bulutangkis juga jangan hanya mengomentari hal yang jelek-jelek saja tetapi harus selalu mendukung program-program terbaik yang telah diberikan oleh PBSI serta pemerintah juga harus memfasilitasi kegiatan para pemain untuk meningkatkan kemampuan pemain-pemain muda dan jangan lupa untuk berterima kasih kepada para pejuang pemain lama yang sudah tidak mungkin bisa untuk bermain lagi atau pensiun dalam dunia olahraga ini karena bagaimanapun juga mereka pernah mengharumkan bangsa Indonesia.
Penulis: Siti Dzulhijah, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta