Suarajakarta.co – Di depan halaman Masjid Hagia Sophia, Erdogan menyatakan dukungannya kepada pejuang Suriah dan sempat mengajak presiden Suriah Basyar Assad untuk berdialog, namun ajakan ini ditolak mentah-mentah oleh Basyar Assad.
Beberapa saat yang lalu sosok Presiden Turkiye ini sempat dihujat karena mesra berjabat tangan dengan presiden Basyar Al Assad, namun belakangan terungkap bahwa Erdogan sedang mengatur ulang strateginya dalam masalah Suriah. Terlebih Turkiye sedang menghadapi serangan ekonomi yang berat dan ganas dari negara negara Barat.
Patut diduga bahwa sebenarnya Turkiye dibelakang semua kemajuan pemberontak sunni di Suriah ini, ada 4 juta pengungsi Suriah yang hidup di tanah air Turkiye dan ini sangat membebani ekonomi Turkiye.
Beberapa tahun sebelum peristiwa kebangkitan perjuangan perlawan rakyat Suriah ini, Turkiye secara diam-diam merebut sekitar 20 persen wilayah perbatasan Suriah untuk dijadikan zona penyangga keamanan perbatasan, dan belakangan diketahui aneksasi Turkiye ini dilakukan untuk mempersiapkan berbagai opsi untuk menyelesaikan masalah krisis pengungsian.
Akhirnya kita mengetahui, dinamika geopolitik mengarahkan Turkiye untuk memilih opsi mendukung operasi militer dari para pejuang pembebasan Suriah dalam rangka merebut wilayah-wikayah Suriah dari tangan Basyar Al Assad.
Bagaimana dengan Russia dan Iran? Sudah lama Erdogan bergandengan tangan dengan kedua negara ini untuk mendukung berbagai kepentingan mereka, Russia sangat membutuhkan Turkiye dalam menghadapi embargo Barat, begitupun Iran membutuhkan Turkiye dalam hal yang sama, Turkiye pun tak ada bedanya.
Akan ada hitungan-hitungan yang rumit bagi Russia dan Iran dalam menghadapi manuver geopolitik dari Turkiye di era Erdogan ini.
-MS-