SuaraJakarta.co,
Salah satu upaya kentara dari pemerintah untuk menghadang arus deras itu adalah dengan memasukkan subjek PLBJ (Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta) sebagai mata pelajaran wajib (muatan lokal) jenjang sekolah SD-SMP.
PLBJ Luntur, Jakarta Mundur
Jakarta – Upaya melestarikan nilai-nilai luhur dalam suatu lingkungan (budaya), salah satu yang ditempuh adalah melalui pendidikan. Seperti halnya yang sering disampaikan dalam talkshow atau seminar-seminar, saluran ini dinilai masih eksis efektif dan tepat sasaran untuk diterapkan di masyarakat.
Jakarta, kota yang dikenal dengan metro, mega, dan keglamouran apa yang ada di dalamnya seakan tarik ulur untuk memperkuat pendidikan budaya bagi generasi penerusnya. Derasnya gelombang yang bernama globalisasi seakan semakin sulit untuk bisa dibendung lagi. Pemudanya telah jauh berkiblat pada cara dan pola hidup yang mereka anggap modern dengan meninggalkan nilai keluhuran seperti norma kesopanan, kesusilaan, tata krama, bahkan ajaran dalam agamanya. Segala sesuatu yang berbau ‘tempoe doeloe’ mereka anggap jadul dan mereka singkirkan jauh dari kehidupan.
Salah satu upaya kentara dari pemerintah untuk menghadang arus deras itu adalah dengan memasukkan subjek PLBJ (Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta) sebagai mata pelajaran wajib (muatan lokal) jenjang sekolah SD-SMP.
Dalam situs online Kidnesia disebutkan bahwa, hal-hal yang dipelajari dalam PLBJ antara lain seperti permainan tradisional, cerita rakyat, kesenian Jakarta dan masalah lingkungan seperti tata kota, air, polusi, sampah, dan sebagainya yang terjadi di Jakarta. Tujuannya agar para siswa-siswi mengenal lebih dalam budaya Jakarta. Jika sudah mengenal, maka tidak tertutup kemungkinan akan mencintai juga, sehingga budaya Jakarta dapat terus dilestarikan. Selain itu juga agar para siswa-siswi dapat menjaga lingkungan Jakarta ini.
Sebagai contoh, pada jenjang SD kelas 5, siswa diberikan mata pelajaran PLBJ dengan submateri di antaranya: Jenis Perumahan, Cerita Mirah dan Marunda, Musik Tanjidor, Upacara Adat Nujuh Bulan, Permainan Bentengan, Kantor Perwakilan Negara Sahabat dan Kantor Lembaga Internasional, Lenong Betawi, Tari Cokek, dll. Materi-materi tersebut tertuang dalam sebuah buku ajar yang digunakan dalam proses KBM di kelas.
Dalam kata pengantar buku cetak PLBJ kelas 5 SD milik salah satu penerbit dikatakan bahwa pendidikan yang tertuang dalam PLBJ mengarahkan siswa menjadi warga Jakarta yang demokratis, bertanggung jawab, dan cinta damai. Mata pelajaran ini mengkaji lingkungan alam, sosial, dan budaya di Jakarta. Secara objektif, mata pelajaran ini sarat akan pengetahuan berbasis aplikasi tentang menjaga budaya Jakarta. Tidak hanya mengetahui pernak-pernik budaya Jakarta berupa tarian maupun produksi karya, namun juga wawasan keseharian yang menuntun siswa untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungannya.
Secara logika, selama sembilan tahun mempelajari PLBJ maka wawasan warga asli Jakarta terhadap daerahnya cukup lah untuk sekedar tahu atau sedikit memahami daerah tempatnya dilahirkan, bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Namun, entah karena komposisi warga asli dengan pendatang kini berimbang, atau malah banyak pendatang, ilmu ke-Jakartaan itu tidak sampai pada taraf aplikasi.
Masyarakat banyak mengeluhkan tentang parahnya kondisi Jakarta baik melalui perbincangan sehari-hari atau melalui media. Hal ini mengindikasikan adanya kekurangnyamanan terhadap status quo yang terjadi. Akan sangat baik jika rasa kurang nyaman itu berimbas pada munculnya gerakan perbaikan dan pembenahan dari masyarakat.
Jakarta, masih memiliki harapan. maraknya gerakan perbaikan, pembenahan, dan pelestarian kebudayaan Jakarta akan signifikan jika memang dari setiap unsur masyarakat di dalamnya sama-sama beranjak dan melangkah ke arahnya. Masyarakat, mulai peduli terhadap lingkungan. Dari hal terkecil seperti menghemat penggunaan air dan listrik, membuang sampah sembarangan, sampai pada menggunakan bahan bakar kendaraan ramah lingkungan.
Di samping itu, pemerintah turut mendukung melalui kemudahan dana perbaikan lingkungan, mengeluarkan kebijakan pro-lingkungan, dan ikut andil menjadi role model secara langsung. Swasta pun juga harus menyinergikan gerakan salah satunya dengan mengindahkan segala peraturan yang berkaitan dengan upaya menjaga lingkungan dan juga berpartisipasi melalui program-program CSR-nya (Corporate Social Responsibility).
Betapa pentingnya mengokohkan pendidikan ke-Jakartaan bagi masyarakat, utamanya melalui pendidikan formal. Maka, jangan biarkan PLBJ meluntur.
*) Penulis adalah Mahasiswa, Anggota SMILY (SSE Muslim Family)