Oleh: Deni Iskandar
Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah berdirinya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan di Yogyakarta pada 5 Februari 1947, oleh Lafran Fane dan empat belas koleganya, bertempat di STI yang kini menjadi (UII), sebagai organisasi mahasiswa tertua di Idonesia, HMI sampai saat ini masih tetap eksis dalam dunia kampus, dan memiliki kader dengan jumlah yang sangat banyak, kalau boleh disebut kader HMI saat ini berada semua daerah, di Indonesia, dari sabang sampai merauke.
Sebagai organisasi mahasiswa yang berazaskan Islam, HMI juga berfungsi sebagai organisasi kader, dan berperan sebagai organisasi perjuangan. Peran dan fungsi inilah yang menjadikan HMI sampai saat ini tetap eksis di Indonesia, disamping itu dalam perjalanan panjangnya HMI juga mampuh mencetak kader-kader umat dan bangsa di Indonesia, tebukti keberhasilan HMI dalam mencetak kader-kader umat dan bangsa ini, dapat dilihat dari beberapa sektor.
Banyaknya Alumni-alumni HMI yang berhasil menduduki pos-pos strategis di Indonesia, baik dalam sektor pemerintahan, pengusaha, pendidikan, seniman dan seterusnya, namun meskipun begitu, kita sebagai generasi saat ini jangan Terlalu membanggakan generasi terdahulu yang telah berhasil, karena bagaimana pun konteks perjuangan HMI dimasa lalu dan masa kini tentu sangatlah berbeda, namun tetap berada pada satu nafas. Sebagai organisasi perjuangan HMI harus tetap menjadi pionir kritis bagi bangsa ini di Indonesia, jangan sampai keberhasilan kader-kader HMI pada generasi terdahulu, membawa kita terus melakukan romantisme kejayaan HMI dimasa lalu.
Harus Tetap Berkibar
Pada 5 Februari 2016 ini Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memasuki usianya yang ke-69, diusianya yang cukup tua ini HMI harus tetap terus berkibar, dan melakukan perubahan-perubahan positif bagi umat dan bangsa di Indonesia, selain itu generasi HMI saat ini juga harus terus memperjuangkan tujuan HMI.
Tugas kader HMI saat ini dan nanti adalah mewujudkan tujuan HMI sebagaimana yang tertera dalam konstitusi HMI, AD/ART HMI Pasal 4 Tujuan, yakni “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT” (Konstitusi HMI).
Tujuan organisasi ini penting untuk diwujudkan, kanapa ? Karena bagaimana pun ini merupakan hal yang harus diperjuangkan oleh kader-kader HMI di Indonesia, disamping itu, diusianya yang ke-69 HMI harus tetap menjadi pionir kritis bagi Gerakan Mahasiswa di Indonesia. HMI kedepannya harus menghimpunkan kembali kekuatan, dan melakukan terobosan dengan cara bergerak, memberikan solusi kongkret kepada umat dan bangsa di negeri ini.
Diusianya yang ke-69 ini, HMI harus tetap berada digarda terdepan dalam memperjuangkan nilai-nilai keumatan, kebangsaan, dan kemodernan, apalagi saat Indonesia telah memasuki era teknologi-Informasi, persaingan ekonomi, pasar bebas, jika bangsa Indonesua tidak mampuh bersaing maka konsekuensi logisnga adalah bangsa ini akan kembali terjajah, diera teknologi-Informasi,persaingan ekonomi dan pasar bebas ini, jangan sampai bangsa ini hanya menjadi penonton.
Nah, dalam hal ini HMI harus memiliki peran aktif serta harus bisa memberikan solusi kongret dalam melihat persoalan bangsa saat ini, sebagai organisasi perjuangan HMI juga memiliki basis ideologi yang jelas, adapun basis ideologi HMI tertuang dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), perjuangan HMI, dalam hal ini jangan sampai keluar dari jalur ideologinya.
Secara ringkas dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, terdapat tujuh nilai yang harus di ejawantahkan oleh kader HMI, yang diringkas dalam tiga aspek, yakni ketauhidan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan, dan kesimpulan dari pada nilai-nilai tersebut kader HMI di Indonesia harus memiliki tiga hal, yakin beriman, berilmu dan beramal.
Refleksi Kritis
Sejauh ini Persoalan yang selalu di permasalahkan oleh HMI di Indonesia, selalu berkutat pada persoalan Internal, perebutan kekuasaan dalam tubuh HMI sendiri, dan konflik Internal karena bagiannya tidak sesuai, hal inilah yang kemudian menyebabkan HMI sebagai organisasi mahasiswa itu lupa akan peran dan fungsinya di Indonesia.
Hal inilah yang membuat HMI yang berperan sebagai organisasi perjuangan, melenceng dan mengalami kemunduran, tidak progresif, revolusioner dan stagnan. Tantangan HMI saat ini selain memberikan solusi kepada umat dalam menghadapi pasar bebas, dan persaingan ekonomi, juga terletak pada persoalan Internal ditubuh HMI sendiri.
HMI saat ini harus mampuh menyelesaikan persoalan internal dan sudah saatnya HMI kembali pada “Khittah”nya, sebagai organisasi mahasiswa, dan bangkit kembali sebagai pionir kritis bagi gerakan mahasiswa kedepan. Waallahu A’lam Bisawab.
Penulis: Sekertaris Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan (PTKP) HMI Komisariat Ushuluddin dan Filsafat Cabang Ciputat.
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Perbandingan Agama.