SuaraJakarta.co, JAKARTA – Perhelatan kontes kecantikan seperti Miss World setiap tahun memang selalu menjadi perdebatan di Indonesia. Namun perhelatan tersebut terasa semakin spesial karena di tahun ini Indonesia adalah tuan rumah dari acara tersebut. Kriteria peserta yang memang kental dengan nuansa eksploitasi perempuan dan diskriminasi adalah poin yang selalu menjadi sorotan.
Pemerintah Indonesia seakan telah dibutakan oleh tujuan acara tersebut yang mengatasnamakan promosi pariwisata, demi pertumbuhan ekonomi dan sebagainya dengan tanpa mengindahkan aspek sentral lainnya. Padahal jika dilihat dari konteksnya, perlu disadari bersama bahwa kontes ini tak ubahnya hanya sekedar ajang ekploitasi terhadap perempuan semata. Pemerintah Indonesia semacam lupa bahwa Indonesia adalah negara yang sangat memegang adat dan budaya ketimuran, yang dengan adat dan budaya tersebut Indonesia mampu menjadi negara yang disegani, bermartabat dan dihormati.
Kontes yang tidak pernah terlepas dari busana bikini sebagai salah satu sesi wajibnya tentu sangat bertentangan dengan adat ketimuran Indonesia. Hal itu yang menjadi sebab utama kontes ini mengalami penolakan dari masyarakat Indonesia. Selain itu definisi cantik dalam kontes ini juga diarahkan kepada tafsir cantik secara fisik semata. Betapa tidak, kriteria cantik peserta Miss World ini jika dilihat dari sudut pandang manapun, sejatinya tidak mencerminkan unsur lain selain kecantikan fisik dari perempuan itu sendiri. Cantik yang kemudian semacam dipaksakan dan digiring menjadi satu tafsir yang hanya di lihat dari tinggi badan, proporsionalnya lingkar pinggang, panjang kaki, bahkan sampai ukuran dada.
Sedangkan disisi lain kontes ini juga di gadang-gadang panitia sebagai ajang untuk mencari duta sosial, pendidikan dan lainnya. Tentu saja diskriminasi sangat kentara disini, sehingga bisa bisa dipastikan perempuan yang tidak mempunyai standart cantik ala Miss World tak akan pernah bisa menjadi duta sosial, duta pendidikan, duta lingkungan, dan sebagainya tersebut.
Disadari atau tidak masyarakat dunia baik timur atau barat tengah diarahkan pada satu kanal kepentingan para pembisnis. Disini bisa terlihat dari sponsor – sponsor yang didominasi oleh perusahaan kosmetik dan fashion sebagai pendukung utama dalam kontes tersebut. Peserta hanya dijadikan objek ekploitasi bisnis oleh para pemodal dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Sehingga Perhelatan ini juga tidak bisa kita lihat hanya sebatas kontes ajang pamer kecantikan biasa saja, dana yang digelontorkan untuk acara ini bisa dipastikan sangat fantastis, para sponsor tidak akan pernah mau bekerjasama mendukung acara tersebut jika tak ada timbal balik.
Sekali lagi, kontes Miss World adalah kontes ekploitasi perempuan, diskriminasi dan ajang penyesatan budaya bangsa. Oleh karena itu, Perempuan KAMMI se-Indonesia menyatakan:
- Menolak dengan tegas penyelenggaraan kontes Miss World di Indonesia.
- Mendesak kepada seluruh panitia dan pihak terkait untuk segera membatalkan acara tersebut demi terjaganya budaya Indonesia yang menjunjung budaya ke-timuran
- Mendesak kepada penyelenggara untuk segera menghentikan penyesatan opini mengenai tujuan penyelenggaraan Miss World yang selama ini tengah digembor-gemborkan bahwa acara ini bertujuan untuk mencari duta sosial, dan lain sebagainya yang sesungguhnya paradoks dengan aspek nondiskriminasi terhadap perempuan.
- Menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar menolak penyelenggaraan kontes Miss World 2013 di Indonesia