SuaraJakarta.co, JAKARTA – Persaingan ekonomi di Jakarta membuat satu profesi saling tidak bisa menjaga keharmonisan dan tidak main kekerasan. Hal tersebut sebagaimana terjadi dengan aplikasi pesan ojek “Gojek” vs Ojek yang mendapat sorotan di publik dunia maya.
Media Monitoring Awesometrics melakukan analisis terhadap pergerakan mention “gojek” selama 13 jam hari ini, selasa (9/6), hingga menjadi Trending Topic World Wide (TTWW).
“Dari pergerakan mentionnya, selama 13 jam hari ini, ada 550 percakapan di twitter tentang “gojek”, kata Marketing Communication Awesometrics, Yustina Tantri.
Akun @ndorokakung, misalnya, yang memiliki follower 177.050 ini menyebutkan, “Kalau layanana Uber dilaporkan ke polisi, bagaimana dengan abang Gojek dan ojek? melanggara izin frekuensi juga? Err..guk!,” katanya.
Beberapa akun twitter menyebutkan bahwa persoalan Gojek vs Ojek ini dikarenakan perebutan lahan bisnis. Namun, beberapa akun lebih negatif terhadap ojek karena distereotipkan “malas” dan seperti “penguasa parkir liar”.
“Alasan utama ojek konvensional males gabung sama gojek karena mereka udah kebiasa mangkal di satu tempat dan bukan nyamperin penumpang,” tutur @jnessy.
“Gojek sama Ojek ini predictable. Masalah siapa yang lebih dulu nguasain teritorialnya. Mirip sama kasus penguasa parkir liar,” tutur @sesa_opas.
Netizen pun lebih memilih menggunakan Gojek karena biaya yang lebih murah dan lebih memanjakan pelanggan.
“Dari MT Hartono – wisma Mulia pake gojek cuma 25 ribu. Macet banget padahal. Ramah juga bikernya. Ojek biasa minimal gocap,” jelas @RDNADN.
“tukang ojek kalah saing ama gojek :))) wajar yang satu manfaatin teknologi,” jelas @darknepos.