SuaraJakarta.co, JAKARTA – Aksi teror merebak dimana-mana. Perayaan Bastille Day di Nice, Perancis, pada Kamis malam waktu setempat, 14 Juli 2016 tak luput dari teror yang seketika menewaskan lebih dari 80 orang dan ratusan orang lainnya luka-luka setelah sebuah truk besar menerjang kerumunan orang sambil memuntahkan peluru. Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mohammad Siddik melihat ini sebagai tindakan sadis dan yang tidak berprikemanusiaan.
Mohammad Siddik mengatakan, hingga saat ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab. “Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, atas dasar kemanusiaan yang terkoyak-koyak, mengutuk aksi teror di Nice, Perancis. Ini adalah tindakan biadab yang harus dikecam. Kita tidak dapat menerima alasan apapun yang mendasari aksi teror tersebut, baik dilakukan oleh sendiri ataupun kelompok.”
“Atas nama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, kami juga ingin menyampaikan keprihatinan yang mendalam, khususnya kepada Presiden Perancis Francois Hollande dan rakyat Perancis yang saat ini sedang berkabung”.
Sebagaimana dipelajari dari berbagai pemberitaan langsung dan rekaman kejadian, truk melaju dengan kencang menerjang dan menggilas kerumunan itu. Para korban berserakan di jalanan, darah berceceran dimana-mana dan orang-orang berhamburan menyelamatkan diri. Dikabarkan, truk tersebut sempat melaju sejauh 2,09 Kilometer dan baru berhenti setelah pengendaranya ditembak mati oleh beberapa petugas polisi melalui sejumlah tembakan dari arah depan dan samping kiri-kanan truk.
Akibat kejadian itu jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah. Presiden Perancis Francois Hollande, mengumumkan Perancis dalam keadaan darurat.
Lebih lanjut Mohammad Siddik menambahkan, aksi-aksi teror keji seperti ini bisa terjadi dimana saja. Oleh karenanya pemerintah Indonesia dan aparat keamanannya diharapkan lebih mampu meningkatkan kewaspadaan dan pengamanan. Pertimbangan saya adalah Indonesia juga memiliki potensi instabilititas dan konflik yang tinggi. Saat ini potensi kekacauan tidak melulu dipacu oleh masalah SARA (suku, ras dan agama). Ada dua potensi kekacauan lain, yaitu karena masalah perasaan keadilan masyarakat yang tidak terpenuhi dan kesenjangan sosial-ekonom yang terus membesar akibat dari segelintir jumlah sangat kecil dari masyarakat menguasai lebih dari separuh sumber daya ekonomi nasional (Humas DDII).