SuaraJakarta.co, JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, LSI Denny JA yang menyebut jika mayoritas muslim pemilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menginginkan Indonesia seperti negara Timur Tengah (Timteng), berbahaya bagi keutuhan negara. Pasalnya, survei itu sudah mengarah kepada adu domba antar warga negara.
“Menurut saya surveinya (Denny JA), mulai berbahaya karena memasukan elemen-elemen adu domba antar warga negara. Denny JA sudah jadi tim sukses, dia bukan ilmuwan,” sebut Fahri kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/3/2019).
Karena itu, Fahri menuturkan kalau belakangan ini dirinyaa mulai meragukan kapasitas Denny JA sebagai penyedia jasa survei.
“Sekarang, rasa kagum yang dulu pernah saya rasakan kepada Denny JA, mulai memudar,” ujar inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu, yang juga menilai aneh dengan temuan survei LSI Denny JA tersebtt.
Anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Nusa Tenggara Barat (NTB) itu pun meragukan jika banyak responden yang menginginkan Indonesia seperti negara Timur Tengah. Pasalnya negara di tanah Arab itu banyak terjadi konflik, dan bahkan terancam bubar.
“Jadi, sangat tidak logis jika ada yang mau menjadi bagian negara hancur. Siapa sih yang mau jadi seperti Timur Tengah? Orang negara bubar, ini kan otaknya kayak enggak masuk gitu loh. Masa ada orang yang berpikiran, ‘wah enak nih tinggal di negara konflik’. Ini kan kaya enggak pakai otak. Denny cari makan jangan gitu-gitu amat lah,” ucap Fahri.
Sebelumnya hasil survei yang dirilis SLI Denny JA menunjukkan, dari total responden 1.200, 54,1 persen yang merupakan pemilih Prabowo-Sandi menginginkan Indonsia harus seperti Timur Tengah. Angka itu turun dari survei sebelumnya, yang dilakukan pada Januari 2019 yaitu sebesar 67,6 persen.
Sedangkan, pemilih muslim Prabowo-Sandi yang menginginkan Indonesia harus khas dengan Pancasila hanya 33,4 persen. Angka tersebut turun dari 36,9 persen di survei Januari lalu. Sementara pada Desember 2018 sebesar 32,3 persen.
Survei LSI ini dilakukan dalam rentang waktu 18-25 Februari 2019, melibatkan 1.200 responden. Metode yang digunakan multistage random sampling. Menggunakan wawancara tatap muka. Margin of error survei 2,9 persen. ***