Ini Tanggapan Mendikbud atas 41 Ribu Petisi Perihal Kebijakan Full Day School

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Setelah disuarakan puluhan ribu warga masyarakat yang menandatangani petisi, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy memberikan tanggapan resmi. Melalui layanan fitur Pembuat Kebijakan yang tersedia di laman Change.org, Menteri yang belum lama dilantik oleh Presiden Jokowi ini, menjelaskan:

“Saya mengikuti perkembangan diskusi dan percakapan di pelbagai media sosial, media cetak hingga elektronik terkait gagasan untuk menambah jam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Saya sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang nyata-nyata memiliki kepedulian guna perbaikan dunia pendidikan kita. Saya juga menghargai petisi “Tolak Pendidikan “Full Day School”/Sehari Penuh di Indonesia” yang digulirkan Sdr. Deddy Mahyarto Kresnoputro yang telah mencapai 41 ribu lebih pendukung.”

Bahkan tanggapan resmi Mendikbud ini juga telah dikomentari oleh para penandatangan. Sudi Hardjono, misalnya, menjelaskan:

“Tidak semua murid nyaman berada seharian di sekolah, tidak semua murid mempunyai gizi yang baik mengikuti program FDS.”

Sebelumnya diberitakan ramainya penolakan atas penerapan ‘full day school’ yang diwacanakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Sebagian penolakan tersebut terwakili oleh dua orang pembuat petisi. Pertama, Deddy Mahyarto Kresnoputro, salah seorang yang menyebut dirinya sebagai orangtua murid. Petisinya dapat dilihat pada laman change.org/TolakFullDaySchool. Pendukung petisi Deddy yang bernama Afri Saragih, menjelaskan:

Keluarga adalah pendidikan yg utama! Kembalikan keceriaan masa anak anak Indonesia! Jangan “penjarakan” anak2 didalam satu gedung bernama SEKOLAH! Karena belajar itu sepanjang masa BUKAN selama disekolah!! Alam raya adalah sekolah yang sebenarnya!

Sedangkan petisi yang kedua dibuat oleh Gita Putri Damayana, seorang peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Petisinya dapat dilihat pada tautan Change.org/TolakFullDaySchool. Ada tiga alasan mengapa Gita menolak.

“Pertama, tidak ada studi atau riset maupun statistik yang ditunjukkan oleh Menteri Muhadjir yang membuktikan bahwa benar anak Indonesia akan lebih baik dengan kebijakan full day schooling. Kedua, kebijakan ini sangat bias kota besar, mengabaikan anak-anak Indonesia yang dalam kesehariannya sepulang sekolah membantu orangtuanya sebagai bertani, melaut dan berdagang. Ketiga, agar Mendikbud berhenti menjadikan anak Indonesia sebagai percobaan. Dari mulai gonta-ganti kurikulum hingga kebijakan full day school seakan coba-coba mana yang efektif untuk satu generasi.

Sejumlah warga yang menandatangani petisi tersebut juga berkomentar kritis. Agrevinna Beatrice, misalnya, mengatakan:

“Selama sekolah dasar dan menengah, saya pulang sekolah di waktu biasa, yaitu tengah hari. Setelah pulang, saya harus membantu orang tua untuk memasak, mengurus adik-adik, dan mengurus rumah karena ibu saya bekerja hingga sore hari. Kalau orang-oramg seperti saya harus sekolah hingga sore, keluarga kami makan apa?”

Related Articles

Latest Articles