SuaraJakarta.co, JAKARTA – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono, mulai angkat bicara soal potensi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Alumnus Doktor Filsafat Intelijen dari Universitas Gadjah Mada tersebut sekaligus mengingatkan kepada Kepala BIN yang baru, Sutiyoso, untuk segera mengantisipasi secara dini krisis yang pernah terjadi pada 1987 lalu. Dijelaskan, krisis bisa terjadi pada tiga momen, yaitu setelah Hari Raya Idul Fithri, perombakan kabinet, atau saat pelaksanaan pilkada serentak.
“Kecenderungan krisis lagi hanya mungkin, jika terjadi adanya rush terhadap perbankan nasional. Kemudian demonstrasi besar di pusat dan di berbagai daerah. Selain itu indikasi ekonomi kita yang melambat, antara lain terlihat dari nilai transaksi yang sampai drop 18 persen. Ada 17 pabrik sarung Majalaya yang tutup, karena tidak mampu lagi beli bahan baku importnya, “jelasnya sebagaimana dikutip dari laman tribbunews.com, Jumat (10/7).
Hendropriyono juga berharap bahwa BIN di bawah kepemimpinan Sutiyoso dapat segera memprediksi secara cepat dan tepat atas beberapa persoalan yang dapat memungkinkan terjadinya krisis. Beberapa hal tersebut di antaranya, kerawanan restrukturisasi kabinet dengan nomenklatur baru dalam proses sampai ke kondisi mampu operasional dan penyerapan APBN yang semakin rendah karena ketakutan birokrasi terhadap bayang-bayang tuduhan korupsi yang berlebihan.
“Juga mengenai dampak kenaikan kurs dolar yamg masih terus berlangsung. Kemampuan BI sangat terbatas, untuk melakukan intervensi, karena hampir 70 persen cadangnan devisa merupakan surat utang negara. Termasuk, dampak dari ketidaksediaan pemerintah untuk melakukan bailout bagi bank yang kolaps, jika sampai terjadi rush,” katanya lagi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Hendropriyono menyarankan agar wantannas segera membuat Kirkastra (Perkiraan Keadaan Strategis) dalam bentuk Kirpat (Perkiraan Cepat) untuk Presiden Jokowi, dengan menarik masuk para pakar dan mereka yang berpengalaman.
Para tokoh yang dimaksud adalah Chairul Tanjung, Sri Mulyani, Kuntoro Mangkusubroto, Dorodjatun Kuntjorojakti, Boediono, Sri Edy Swasono, Ginanjar Kartasasmita, Gembong Suryosulisto, Christianto Wibisono dan beberapa tokoh lainnya.