SuaraJakarta.co, JAKARTA – Persoalan PKL di Tanah Abang yang selalu membuat macet dan semrawut, terutama menjelang bulan puasa dan lebaran, terbukti tidak pernah dapat terselesaikan secara strategis dengan memiliki konsep yang jelas. Hal yang sama terjadi di era kepemimpinan Gubernur DKI Ahok yang hanya bisa bertindak kuratif, mengandalkan “pentungan”, tanpa konsep penataan yang jelas.
Hal tersebut tercermin dari pengakuan Ahok yang hanya mampu bertindak secara tegas menangani persoalan pasar terbesar se-Asia Tenggara tersebut.
“Kalau solusi relokasi, silakan wali kota (jakarta pusat) cari tempat. Kami mau itu PKL, angkutan umum, atau bongkar muat barang ditertibkan dan ditindak tegas sajalah, ” kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut, sebagaimana dikutip dari harian Seputar Indonesia, Selasa (2/6).
Bahkan, karena PKL tersebut tidak bisa ditertibkan dan membuat macet jalan, Ahok malah balik menyalahkan mereka yang dianggap menzalimi orang lain dengan menyebut kata-kata kasar.
“Tapi, kamu enggak bisa dong manfaatkan tempat yang merugikan orang lain dan buat macet. Kalau Anda menzalimi hak orang itu, bukan dizalimi namanya, tapi Anda brengsek. Itu yang kita lawan,” nyinyirnya.
Sebagaimana diketahui lokasi paling padat PKL berada di Jalan Jatibaru, tepatnya di sekitar Stasiun Tanah Abang, hingga kawasan ruko Jalan Jatibaru 4. Seluruh trototar dan bahu jalan disulap menjadi etalase. Angkutan umum pun berpangkal sembarangan dan proses bongkar muat barang membuat pemandangan di Tanah Abang semakin tidak nyaman. Ironisnya, tidak terlihat petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang menertibkan angkutan umum maupun Satpol PP yang menghalau para pedagang.