SuaraJakarta.co, JAKARTA – Meskipun belum dibahas oleh Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, namun proses pengajuan Sutiyoso sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) mendapat sorotan khusus dari mantan Kepala BIN yang saat ini menjadi “tangan kanan” Presiden Jokowi, AM Hendropriyono.
Doktor alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) bidang Filsafat Intelijen tersebut belum mau menaggapi banyak terkait penunjukkan Bang Yos – panggilan akrab Sutiyoso – tersebut. Ia hanya mengingatkan kepada Presiden Jokowi agar mengangkat kepala BIN yang harus lebih baik dari dirinya karena akan menghadapi situasi yang lebih rumit selama 5 (lima) tahun mendatang.
“Saya enggak mau tanggapi lebih lanjut. Pokoknya saya selalu bilang, calon pengganti saya harus bisa lebih baik dari saya,” ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari laman fahreenheat.com, Senin (15/6).
Bahkan dirinya mengaku mendapatkan informasi tersebut bukan dari Presiden Jokowi melainkan dari media massa.
“Memang dia sudah resmi? Belum kan?,” tanyanya.
Ia menegaskan bahwa era Presiden Jokowi memiliki tantangan besar dari dunia intelijen. Bahkan, sebagai mantan Kepala BIN, dirinya masih tetap menjaga banyak rahasia negara.
“Yang jelas Kepala BIN itu tanggung jawabnya besar. Saya yang sudah pensiun saja masih tetap menjaga rahasia negara,” ujar penulis buku Filsafat Intelijen yang dimuat berdasarkan hasil disertasinya tersebut.
terkait soal usia, UU No. 17 Tahun 2011 Pasal 36 Ayat 1 tentang Intelijen Negara memang tidak menyebutkan soal batasan usia, ““Kepala Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia”.
Namun, pengamat Intelijen Nuning Kertopati, tetap mengingatkan bahwa kerja kepala BIN haruslah cepat dan tepat.
“Memang di undang-undang kita tak ada batasan usia. Tapi yang perlu diingat adalah Kepala BIN itu harus cepat dan tepat,” kata Nuning.