SuaraJakarta.co, JAKARTA – Cagub DKI nomor urut 3, Anies Baswedan menegaskan cara penggusuran terhadap rakyat kecil adalah cara kuno.
Justru, kata Anies, apa yang dilakukan di banyak tempat saat ini adalah melakukan peremajaan kota (urban renewal). Cara inilah yang kembali ditegaskan Anies dalam melakukan pendekatan berbeda kelak memimpin Jakarta.
“Saya tegaskan bahwa penggusuran itu cara kuno. Cara yang banyak dilakukan sekarang adalah melakukan peremajaan kampung, peremajaan kota. Dilakukan pembenahan dan itulah cara modern. Bahasa kerennya adalah urban renewal, bukan dengan penggusuran,” papar Anies di sela bersama warga yang direncanakan mengalami penggusuran di Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (22/12).
Tokoh masyarakat setempat, Rosdah menyampaikan kepada Anies bahwa dengan adanya informasi bahwa di wilayahnya tersebut akan ikut pula digusur oleh Pemprov DKI, dirinya mengaku sangat khawatir.
Bahkan, Ketua RT 3 Ahmad Sani menyampaikan prihatin karena sebagai rakyat kecil dirinya tidak bisa berbuat apa-apa melawan bulldozer.
“Kami sudah berada di ujung tanduk. RT-RT lain sudah digusur. Kemarin, kami sebagai rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa melawan bulldozer dan water canon,” terang Sani dengan nada bergetar di depan Anies.
Diketahui, Pemprov DKI dalam dua tahun terakhir, telah menggusur rumah warga di lebih dari 300 titik. Padahal, tegas Anies, dalam kepemimpinan gubernur sebelumnya, persoalan gusur-menggusur ini hampir tidak terdengar.
Karena itulah, Mantan Menteri Pendidikan ini menekankan prinsip keadilan yang akan dipegangnya dalam kepemimpinan.
“Kalau ada keputusan yang sulit maka harus dilakukan dialog. Tidak bisa dengan hanya mengirimkan surat perintah penggusuran. Dan juga harus ada solusi. Sebagian keputusan itu sulit, tapi bisa dilakukan dialog. Kita ingin perlakukan warga Jakarta sebagai manusia bukan benda mati,” ujar Anies. (RDB)